Rabu, 28 November 2012

PAHLAWAN OH PAHLAWAN (10 November 2012) BUKA MATA



PAHLAWAN OH PAHLAWAN
(10 November 2012)
BUKA MATA
Suatu hari, seorang kakek sedang duduk bersantai bersama cucunya yang masih kecil dan polos di teras halaman rumahnya.Ia begitu bahagia dan sangat memperhatikan cucu semata wayangnya. Ia begitu perhatian dan tak bosan-bosannya menemani.
Karena dahulu ia adalah seorang pejuang kemerdekaan, ia begitu bangga menceritakan tentang pengalamannya berperang sejak zaman kolonial Belanda, Jepang, hingga masa mempertahankan kemerderkaan.Sang cucu pun mendengarkan dengan penuh seksama, hikmat, dan membuatnya semakin penasaran untuk lebih mengerti dan ia pun terpacu untuk berimajinasi.
Saat sang kakek sedang menceritakan tentang perjuangannya, si cucu mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis.
Cucu          : “Kek, kakek kan dulu pejuang, pasti kakek punya banyak penghargaan ya?”
Kakek        : “Ya…kakek memang pejuang, tapi kakek kan hanya sekedar prajurit biasa.Beda dengan jendral-jendral yang kamu liat di televisi. Jadi, kakek tidak punya penghargaan yang banyak.”
Cucu          : ”Kok gitu ya kek?Kakek kan pejuang, berarti sudah sering turun ke medan perang kan.Lantas, apa kakek pernah terluka?”
Kakek        : ”Dalam berperang, luka itu biasa.Tapi, yang kakek ingat, kulit kakek pernah tertembus peluru tiga kali dalam tiga perang yang berbeda.”
Cucu          : “Lantas, bukankah biasanya orang yang tertembak itu langsung mati kek?”
Kakek        : “Hahaha…Mungkin bayangan kamu itu karena kamu baru menonton film yang kemarin. Ya, memang ketika kedua kalinya peluru menembus kulit kakek, saat itu kakek sedang bergerilya di malam hari.Kakek memang sudah hampir mati di hutan.Tapi datanglah pertolongan dan kakek bersyukur kawan kakek tiba menolong.”
Cucu          : “Lantas, apakah kakek takut berperang setelah itu?”
Kakek        : ”Tentu tidak…Dalam keehidupan, kita tidak boleh takut. Jatuh-bangun itu biasa. Buktinya, setelah itu kakek masih bisa tertembak di perang lain.”
Cucu          : ” Owh iya…Berarti, zaman dahulu itu orangnya hebat-hebat ya kek...”
Sebuah kisah yang mungkin terjadi, dan mungkin dapat kita renungkan. Mungkin cerita ini hanyalah cerita biasa, bahkan mungkin basi.Tapi lihatlah apa yang menjadi hikmah dari kisah ini.
Peperangan mungkin sudah tak terhitung lagi jumlahnya yang pernah terjadi di negeri ini.Ribuan nyawa melayang mungkin sudah tak terhitung jumlahnya.Semua berorientasi pada tujuan yang satu, kemenangan, kejayaan, yang tak mungkin dapat tercapai tanpa adanya persatuan.Sebuah cita-cita yang tak dapat dipandang sebelah mata.Diantara ribuan nyawa yang melayang tak pernah bosannya mereka berteriak sebuah kata yang membakar jiwa raga mereka oleh gencatan senjata. Merdeka! Kata itu mungkin tak hanya sekedar tujuh huruf tak bermakna.Kata itu begitu menyihir mereka yang pada saat itu mendambakannya.Mereka yang memperjuangkannya tak perlu berpikir dua kali ataupun ragu walau nyawa taruhannya.Sebuah cita-cita yang mulia yang sayangnya saat ini kita tak bisa melakukannya.
Salah satu pertempuran yang tak mungkin terlupa ialah Pertempuran Surabaya.Sebuah pertempuran yang terjadi pada masa pasca kemerdekaan Republik Indonesia dimana pada saat itu para pejuang tanah air harus menghadapi pasukan Inggris yang berhasrat untuk kembali menguasai negeri ini. Pertempuran yang tak mungkin dilupakan arek-arek Suroboyo karena pada perang ini mereka benar-benar menunjukkan totalitas mereka untuk mempertahankan Kota Surabaya.Oleh sebab itu, untuk menghargai jasa arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan Kota Surabaya, maka tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan.
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang pahlawan, ada baiknya terlebih dahulu mengerti apa definisi pahlawan. Menurut KBBI, pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yg gagah berani. Akan tetapi mungkin kita tidak akan membahas pahlawan secara teoritis. Sebab pahlawan dapat diartikan berbeda-beda menurut siapa saja.Mungkin, sejak berada di Sekolah Dasar, kita telah mengenal mereka (pahlawan) yang disebut pahlawan nasional, pahlawan revolusi, atau pahlawan proklamasi.Mereka dikenang dalam sejarah perjuangan negeri ini karena jasa mereka yang begitu besar terhadap negeri ini.
Akan tetapi, yang perlu kita cermati adalah bahwa pahlawan bukanlah variabel terikat.Pahlawan merupakan variabel bebas yang dapat diartikan secara luas maknanya menurut opini orang yang bersangkutan.Oleh sebab itu, setiap orang bisa menjadi pahlawan menurut pandangan dan caranya sendiri. Pahlawan bukanhanya berarti orang yang berjuang di medan perang dengan mengangkat senjata. Apalagi pada zaman ini dimana peperangan bukanlah menjadi isu yang relevan.
Para pahlawan di negeri ini, khususnya mereka yang berjuang di medan perang telah melakukan berbagai pengorbanan. Perjuangan mereka untuk menggapai kata “Merdeka” tidak diperoleh dengan hanya duduk bersantai dan kata-kata.Perjuangan itu berdarah dan mereka harus mengangkat senjata walaupun seadanya.Mereka tak gentar mendengar suara tembakan, walau nyawa menjadi taruhan.Mereka tak peduli dengan hujan peluru, walau tangan hanya berpegang bambu.Berbagai kesulitan mereka lalui.Malam menjadi siang, dan siang tetaplah siang.Semua tak dapat mereka lakukan tanpa adanya semangat juang.Hal ini didorong oleh cita-cita dan harapan.Cita-cita mereka begitu luhur, dan harapan mereka begitu dalam. Cita dan harapan saling berpadu untuk satu, Merdeka!


Dapatkah anda membayangkan yang terjadi pada masa itu?Saat negeri ini begitu sulit.Kebebasan bukanlah hal yang lumrah.Perjuangan untuk merdeka menjadi asa. Seluruh negeri mungkin berharap, namun sebatas itu yang mereka mampu dibalik perjuangan-perjuangan mereka di medan tempur. Mungkin, beberapa film perang yang muncul beberapa tahun belakangan bisa sedikit menjawab pertanyaan.Penggambaran perjuangan yang tidak hanya sekedar menjadi cerita, tapi fakta dan nyata walaupun dalam sejarah tidak selalu mengenal nilai kepastian.
Namun setidaknya kita dapat berkaca dan mengambil pelajaran yang berharga. Pada akhirnya, muncullah dalam benak kita sejumlah kata tanya. Apakah harapan mereka telah terwujud?Mungkin, mereka yang telah terbaring di dalam lubang galian dua meter itu tak dapat kembali dan memaki sebab kondisi yang terjadi saat ini. Mereka hanya dapat mengenang perjuangan mereka di medan perang. Saat-saat mereka berjuang, demi terwujudnya harapan.Semangat yang mereka miliki tak pernah mati layaknya jasad mereka yang saat ini mungkin telah menjadi tulang-belulang bahkan mungkin habis termakan zaman.Lantas, bagaimana dengan kita saat ini?
Apakah kita telah mewujudkan apa yang mereka impikan. Sungguh kita tak tau diri! Darah yang mereka kucurkan demi terciptanya kemerdekaan hingga saat ini masih belum terbayarkan.Mereka mungkin tak meminta, tapi orang yang tau diri harusnya mengerti.Kita terlalu sibuk dengan urusan-urusan keduniawian layaknya mereka para budak jabatan.Ratusan kursi diperebutkan. Atas nama rakyat? Lantas rakyat menjawab hanya bualan keparat.
Sudahkah kita memberikan penghargaan kepada mereka?Ya, mungkin mereka tak pernah meminta.Akan tetapi marilah kita perhatikan dan renungkan.Banyak pahlawan di sekitar kita yang tak terlupakan dan jauh dari kesejahteraan.Dapatkah anda bayangkan, perjuangan mereka untuk kemerdekaan bahkan telah tergerus zaman.Sebagian diantara mereka hidup dibawah garis kemiskinan dengan berbagai pekerjaan yang sangat berlawanan dengan kegagahan mereka pada masa peperangan. Ini sungguh memalukan! Wahai saudara, marilah kita renungkan.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.” (Bung Karno)
Sebuah ungkapan yang mungkin cukup sedikit menjadi jawaban tentang segala yang terjadi di negeri ini.Rupanya kata-kata ini cukup sakti dan mungkin mampu dibuktikan.Ini yang mungkin menjadi jawaban bahwa 67 tahun kemerdekaan Negara kita tak bisa menjadikan kita disebut sebagai bangsa yang maju.Padahal, segala hal di alam kita punya.Kita perlu mawas diri tentang segala hal yang terjadi.Kita harus membuka mata, bahwa kita adalah penerus bangsa dan sudah waktunya kita ubah cerita demi anak-cucu kita.

Sebuah tulisan yang ditulis dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November 2012.





S


Tidak ada komentar

Posting Komentar

© 2025 BUKAMATA
Maira Gall