Selasa, 17 Maret 2015

Jatuh Cinta Adalah Gejala Humanistis


                Pernahkah anda jatuh cinta?Jika jawabannya “Ya” maka benar jatuh cinta adalah gejala humanistis. Mengapa saya sebut sebagai sebuah gejala humanistis? Sebab saat seseorang jatuh cinta maka kita akan menemukan sisi lain darinya. Ia bisa saja melakukan hal-hal yang sangat tidak biasanya dilakukan, baik yang positif maupun negatif. Di situlah muncul gejala-gejala humanistis dimana seseorang akan semakin mengerti siapa dirinya yang sesungguhnya. Setidaknya hal itulah yang saat ini saya rasakan dan sangat saya sadari. Itulah hakikat yang harus saya tanamkan di dalam diri saya meskipun terkadang orang-orang di luar sana terlalu munafik untuk mengakuinya, sebab mereka terkungkung oleh nilai-nilai yang mereka cipatakan sendiri.
                 
                  Ada hal-hal yang tidak biasa ketika seseorang jatuh cinta. Hal-hal yang tidak bisa ia jalani dengan semangat bisa ia jalani. Hal-hal yang rasa-rasanya tak mungkin ia lakukan menjadi sangat mungkin dilakukannya. Hal-hal yang tak disukainya bisa menjadi suka hanya dalam waktu singkat saja. Orang bisa saja tiba-tiba menangis, tertawa, ataupun tersenyum-senyum sendiri. Logika bisa tertutup oleh fantasi, alam bawah sadarlah yang kerapkali berfungsi. Semua bisa menjadi berbeda, menjadi tak biasa.

               Pernahkah anda berpikir tentang banyaknya lagu, puisi, film, novel, atau karya sastra lainnya yang bergenre cinta? Sampai saat ini bisa kita amati bahwa karya-karya yang saya sebutkan di atas masih didominasi oleh tema cinta. Pernahkah anda sadari jika itu adalah bagian dari gejala humanistis? Tendensi ini saya rasa lahir dari kodrat dan kebutuhan-kebutuhan dasar yang akan selalu menyertai manusia, baik secara sosial, psikis, maupun biologis.

                 Saya sangat miris ketika menemukan golongan yang membuat cinta menjadi hal yang tabu. Mengapa kita
harus malu atau takut untuk mengakui kalau kita sedang jatuh cinta? Padahal itu adalah kebutuhan mendasar yang setiap manusia memerlukannya. Bagi saya pandangan mereka sangatlah tidak manusiawi ketika memaksakan setiap orang untuk selalu memendam rasa cinta, menjauhkan cinta itu dari diri mereka sendiri, mengkerdilkan cinta hingga mati dengan alasan nilai-nilai yang mereka ciptakan sendiri untuk menjaga diri. Padahal saya sangat yakin jikalau nurani tak pernah salah. Ia adalah cahaya yang akan selalu membimbing jalan kita sebab tuhan menitipkan sifat-sifat ketuhanannya di dalam di diri kita. Menjaga diri itu perlu, namun mengkerdilkan cinta dengan alasan menjaga diri bukanlah hal yang tepat.

                   Bagi saya jatuh cinta adalah sepercik nikmat surgawi. Dan biarkanlah setiap manusia bisa merasakannya. Jatuh cinta adalah nikmat sekaligus ujian. Cara mensyukurinya adalah dengan bijak  dalam merasakan dan menjalankan. Kita tidak perlu munafik untuk membunuh rasa cinta kepada siapapun, sebab itu adalah anugerah. Kita tidak perlu takut untuk dianggap menyimpang dari nilai-nilai yang kita interpretasikan sendiri sebab yakinlah tuhan selalu adil kepada makhluknya. Agama punya jalannya, etika dan norma punya lahannya, moral pun begitu adanya. Saya rasa jika kita memahami semuanya maka semua akan baik-baik saja. Satu hal yang pasti adalah kita siap menerima konsekuensi. Sebab selalu ada konsekuensi di balik setiap keyakinan, di balik setiap pilihan. Buka mata, lihat yang nyata! Buka hati, lihat yang inti!        

(Lakon Hidup)                 


8 komentar

  1. Wah tulisan yang bagus! Terima kasih atas motivasinya.

    BalasHapus
  2. Wah, terima kasih Raihan! Semangat dalam mengenali diri sendiri. Memahami gejala-gejala humanistis di dalam diri.

    BalasHapus
  3. Tulisan ini apakah didominasi oleh logika kamu atau malah alam bawah sadar kamu, Ali?

    BalasHapus
  4. Paham #liberaldetected :)
    sebelumnya ingin tanya,
    1. Apakah anda muslim?
    2. Apakah anda percaya bahwa aturan Allah bisa salah?

    Ngomongin cinta. Hati2 dg interpretasi anda. Pertama: Makna cinta lebih dr sekedar pemikiran sempit untk lawan jenis. Perasaan anda ke ibu, nenek, adik, temen, itu namanya masih cinta jg kan? :D
    Kedua: Cinta itu humanistik? Manusiawi? Iya jelaaaas atuh. Toh Allah jg punya nama 'Arrahman' kan :) dan yg menanam benih2 rasa bernama cinta itu siapa? Ya Allah juga.
    Nah permasalahannya adalah ketika kita sndiri yg malah menodai makna cinta itu sendiri.
    Pengungkapan cinta? Itu justru malah dianjurkan kok sm rasul. Tapiii ke sesama jenis. kalo jaman skrg yg kayak gt psti dibilang homo, lesbi, dsb. Pdhal ga salah. Justru yg salah, kayak artikel anda ini. Kalo ngungkapin cinta ke lawan jenis dan menikmati perbuatan2 tsb malah keliatannya jd keren kan? #liberaldetected
    Sblmnya maaf bukan mau menggurui, tp sy jg lg belajar dan ini nyambung bgt.
    Kalo diliat dr namanya mah, insyaAllah anda seorang muslim lah ya..
    Jd dlm menciptakan manusia pun Allah jelas punya aturan. Ga berarti semuanya lo bisa lakuin semaunya kan? :) Pun urusan cinta2 itu. Gimana wajibnya seseorang mencintai ortunya. Pun gmna jg seharusny seorang muslim hrs pandai memanaj rasanya thd lawan jenis. Ya kalo emang butuh pengejawantahan dr rasa itu, silakan menikah. Bukan dg melanggar aturan2Nya yg lain dan malah mencari pembenaran terkait pemahaman #liberaldetected tsb.
    Yah bagaimanapun di era yg spt ini wajar sih ketika ada paham2 #liberaldetected spt yg anda sampaikan dlm artikel. Kita ini (umat islam) memang sedang dijauhkan dr islam itu sendiri oleh paham2 sekuler, liberal, dsb.
    Nah kalo anda memang masih muslim dan percaya Allah tuh gak akan salah, yuk mariii bukamata.. Kembali ke aturan Allah sebenar-benarnya, al qur'an dan hadits.. Jgn sampe muslim hanya sekedar status dan terhadap Allah pun masih ragu.
    *NtMS
    Sy jg masih belajar..
    Kalo ingin diskusi lebih lanjut bisa di line aja @adilahnurf
    Maafin bgt kalo sy jd bnyak omong, rada gemes aja :)

    BalasHapus
  5. Rifai : Antara logika dan alam bawah sadar. Baina ma baina

    BalasHapus
  6. Wah terima kasih dila yang sudah komentar panjang lebar kali tinggi. Saya senang sekali anda sangat kritis terhadap tulisan. Sebelumnya saya mau menjawab pertanyaan yang anda ajukan.
    1. Saya seorang muslim
    2. Saya percaya aturan yang sudah digariskan oleh Allah SWT adalah yang paling benar

    Dalam hal ini saya mungkin melihat adanya kekeliruan pemahaman anda terhadap artikel saya mengenai arah dan tujuannya kemana. Saya menyatakan gejala manusiawi di sini tidak mengarahkan kepada hal-hal yang bertujuan melegitimasi segala hal boleh dilakukan atas nama cinta.

    Mengenai cinta yang anda maksudkan dalam penjelasan anda saya setuju kok, benar apa yang anda katakan. Tapin memang dalam tulisan ini saya mengkontekstualisasikan pembahasan ini kepada apa yang saya sebutkan. Mungkin kamu harus membaca lagi tulisan ini dengan jeli sehingga maksutnya bisa lebih jelas. Saya mungkin bisa menduga latar belakang kamu, makanya sangat wajar kalau kamu menulis komentar demikian.

    Ingat nona, saya tidak mengesampingkan adanya tuhan dalam tulisan ini.
    "Agama punya jalannya, etika dan norma punya lahannya, moral pun begitu adanya. Saya rasa jika kita memahami semuanya maka semua akan baik-baik saja"

    Jadi, jangan berpikir kalau saya islam liberal, sekuler, dsb. Saya seorang muslim. Tuhan saya masih satu. Tapi iman dan tauhid itu bagi saya tidak menjadikan saya merasa paling benar dan menghakimi agama lain.

    Justru saya sangat merasa tergelitik dan hampir tertawa terbahak ketika membaca hashtag #liberaldetected. Aduh nona, apa ini hasil pengkaderan anda dari rohis? Sedikit -sedikit bilang liberal, beda pandangan dikit dibilang liberal, sekuler, dsb. Mendingan kamu pelajarin dulu deh apa itu ideologi, pahami dulu apa itu liberal, apa itu sosialis, dsb. Kalau kamu belom paham, jelas aja kamu buat hashtag itu, karena emang kamu belom ngerti apa itu liberal. Kalo ditanya ideologi, saya cenderung sosialis.

    Saran saya, baca buku lebih banyak lagi ya soal itu . Coba komparasikan pengertian dari banyak pandangan. Kalau kamu cuma baca buku atau menerima pandangan dari satu golongan, pastinya sekedar di situ saja apa yang kamu pahami. Sama-sama belajar, sama-sama menggali. Mencari kemanfaatan, "Allahumma anfa'na bimaa Allamtana, wa allimna wa yanfa'una wa zidna ilman naafian"

    IMHO : ))

    BalasHapus
  7. Sebelumnya semoga sy disini bukan dlm rangka sok2an atau penyakit hati lainnya. Semoga Allah menjaga niat2 baik kita. Aamiin.

    Sy memang baru belajar, jd blm bnyak paham jg mungkin tdk spt kg ali yg sudah dalam ilmunya.. Makanya ingin belajar juga, arah gerak pemikiran akg ini gimana, kemana :)

    Oia, tolong jangan dibawa2 rohisnya. Kasian dia udah dilabelin macem2 sm org yg ga bertanggungjawab, toh sy ga belajar ini dr rohis kok, jd selaw ajalah :D

    Tentang yg akang sampaikan,
    Emang liberal kok :) sy gak akan tarik ucapan sy, mari kang sy tunggu jawabannya di line

    Intinya, kenapa kok tetiba sy mampir disini dan bicara pnjang lebar, insyaAllah hnya krna sy ingin mencoba meluruskan. Sy tidak mau kesalahan dlm pemahaman ini kemudian nantinya akan menjadi kesalahan berjamaah krna yg membaca tulisan akg ini kemudian sepakat dan mengintervensi pemikiran yg lainnya yg blm paham.
    Jadi.. Sy sudah sampaikan ya :)

    Kebenaran datangnya dr Allah, semoga kita trmasuk org2 yg mampu diperlihatkan akan kebenaran2 itu..

    BalasHapus

© 2025 BUKAMATA
Maira Gall