Dua minggu terakhir, saya tidak aktif di kampus. Saya baru
saja usai menjalani ritual minggu suci. Ya, saya baru saja terserang gejala
tipes. Sebuah penyakit yang terbilang baru bagi saya. Sebuah penyakit yang
belum sekalipun saya rasakan sebelumnya. Alhamdulillah, sepanjang umur hidup
saya, belum sekalipun saya merasakan sakit seperti demikian atau dirawat di
rumah sakit. Dan kali ini, Allah mengajarkan saya tentang bagaimana sakit
demikian dan bagaimana pula rasanya dirawat di rumah sakit.
Rupa-rupanya memang salah saya yang selama ini selalu abai
terhadap kesehatan. Saya senantiasa bersibuk ria dengan berbagai macam kegiatan dari pagi bahkan hingga pagi
lagi non-stop tanpa mempedulikan jam tidur minimal. Saya pun kerapkali abai
dengan jam makan saya. Kalau lagi berselera dan pegang uang saya akan makan,
tak peduli jam berapapun. Kemudian, pola konsumsi saya yang juga buruk terletak
pada pola konsumsi air putih saya yang sedikit. Saya lebih sering minum
minuman-minuman berwarna dimanapun saya berada.
Ya, semua hal yang saya sebutkan di atas adalah pola hidup
saya belakangan ini semenjak menjadi mahasiswa, mahasiswa kost-an khususnya. Tanpa
kontrol langsung dari orang tua mungkin membuat saya merasa bebas, namun inilah
efek negatifnya, saya kerapkali abai terhadap diri saya sendiri. Dan kini, saya
merasa mendapat teguran dari Allah dan mendapat hikmah yang begitu luar biasa
dari itu semua.
Bahwasanya hidup ini mesti adil, sejak alam pikiran, bahkan
kepada diri sendiri. Ya, percuma saja rasanya jika saya kerap menyuarakan dan
memperjuangkan keadilan jika saya tak mampu berbuat adil kepada diri saya
sendiri. Adil memang tak mesti sama, namun adil menempatkan sesuatu pada
tempatnya.
Bahwasanya nikmat sehat itu mahal harganya. Ini bukan hanya
saja perkara materi, namun cobalah hitung momen berharga apa saja yang telah
saya lewatkan saat saya sakit. Berapa banyak pekerjaan penting yang harus saya
tinggalkan. Ya, semua begitu mahal bukan? Sungguh, ternyata sebegitu
berharganya nikmat sehat yang selama ini saya anggap wajar-wajar saja.
Bahwasanya saya melihat mayoritas orang hidup sehat dan oleh karenanya sangat
biasa jika saya pun merasakannya. Namun ternyata, saat sakit itu saya
bercermin. Ternyata di luar sana pun banyak oramg yang tidak dapat merasakan
bahagia nikmat sehat itu. Bayangkan, betapa tersiksanya orang yang berbulan-bulan
terbaring di tempat tidur. Lalu, masihkah pantas jika sampai saat ini hidup
kita masih belum juga bersyukur?
Dalam sakit dosa kita dihapuskan. Salah satu hikmah dari
sakit ialah magfiroh, yakni ampunan dari Allah. Ya, memang selama sakit kita
mungkin akan terus menerus berkeluh kesah. Namun disinilah mental kita yang
sesungguhnya diuji. Apakah kita ikhlas dan sabar menghadapi cobaan ini atau
tidak. Di sinilah ampunan Allah terhadap dosa-dosa kita akan kita rasakan jika
kita menghadapinya dengan penuh kesabaran.
Jadi, bagi kawan-kawan, sebagai pengingat untuk diri saya
dan kawan-kawan, harap untuk menjaga diri. Berbuat adil-lah kepada diri
sendiri. Bahwasanya tubuh ini pun berhak untuk menikmati waktu istirahat itu.
Jangan menunggu sakit untuk menyadarinya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar