Sabtu, 07 Mei 2016

Sejak Elegi Pembangunan



Orang-orang yang menanam tongkat dan kayu
Termangu-mangu ditipu harapan semu
Di tanah ini orang asing dijamu
Menindas pekerti berdalih ilmu
Cuh, sungguh tak tahu malu!

Tanah gembur pertanda subur
Patut kita berucap syukur
Tapi, kini mimpi hidup makmur tinggal dikubur
Sawah dan ladang tempat menandur
Kini berganti hutan beton yang kian menjamur

Dan kini sawah dan ladangku hanya tinggal cerita
Warisan kata bukannya harta
Lalu kuputuskan beranjak pergi ke tanah surga
Kata orang, di sana hidup kita bisa bahagia

Satu dua hari aku hidup di sana
Nafasku sudah tersengau-sengau
Tubuhku basah bermandi keringat hingga kerontang
Berlari-lari dikejar tikaman orang-orang yang picing memandang

Upacara kecil di altar birahi
Hanya kutuntaskan di alam imaji
Meronta-ronta disekap sunyi
Sebab tak mampu aku berucap janji
Hingga pada suatu ketika
Mimpiku diusik lonceng kesadaran
Semua ini ialah kerana ketamakan kaum urban
Yang menuhankan pembangunan

Aku yang tak punya lahan untuk ditanami tanaman
Miskin kemampuan hingga menjadi budak majikan
Bosan tersiksa batinku melawan
Hingga aku merapat ke pingggiran
 Memilih hidup menjadi nelayan

Ternyata ikan-ikan sudah mulai meninggalkan lautan
Bersembunyi entah dimana yang jelas tak kutemukan
Mungkin mereka juga bosan
Menghisap racun sisa-sisa deodoran
Dan kini jalaku sudah usang dirobek keadaan
Layar tak pernah lagi kubentangkan
Sementara tidurku ditetor ancaman
Ya, ancaman tengkulak menagih perahu tunggakan

Inikah yang kita sebut dengan pembangunan?
Lalu apa pula yang aku dapatkan?
Sudah tersingkir hingga terdampar di pinggiran
 Masih saja hidupku dihantui setan bertopeng pembangunan

Sementara nasib tetanggaku sesama penghunipinggiran juga tak kalah mengenaskan
Pribumi yang dulu tuan tanah kini nasibnya berubah
Hanya menjadi penonton lalu-lalang perubahan
Bahkan menjadi budak yang merangkak-rangkak
Hidupnya kian hari kian terdesak

O bencana manusia, o bencana peradaban
Ketika manusia tidak dimanusiakan
Tak mampu membaca narasi zaman
Dalam krisis pendidikan, dibodohkan, dimiskinkan


Zaman edan!
Apalah artinya pembangunan kalau menindas kemanusiaan
Memuluskan kepentingan dengan rekayasa aturan
Inikah kesejahteraan yang dijanjikan?
Cuh! Tak sudi lagi aku memakan bualan

Dan dari kejauhan kudengar tangis jeritan
Robot-robot bernyawa meronta-ronta kesakitan
Jika melawan dicambuk ancaman
Lalu dimana kemanusiaan?
Saat rangkaian cerita selalu berakhir penderitaan
Dan selalu meminta kita bersabar untuk tidak melawan

-Lakon Hidup







Tidak ada komentar

Posting Komentar

© BUKAMATA
Maira Gall