Minggu, 15 Maret 2015
Aku
mencintaimu, Rani!
Sebab
jatuh cinta adalah gejala manusiawi
Sebab
jatuh cinta adalah sepercik nikmat surgawi
Sebab
jatuh cinta adalah mensyukuri nikmat-Nya yang telah memberi
Aku
mencintaimu, Rani!
Sejak
kali pertama kutatap dalam matamu
yang
debarkan jantungku bak deburan ombak di pantai itu
Aku
mencintaimu, Rani!
Dalam
sudut sempit pandangan mataku kau hanyalah sekuntum melati
Namun
kau adalah kaktus yang mampu tumbuh
di
tengah terik mentari dan padang pasir tandus tak bertepi
Aku
mencintaimu, Rani!
Walau
sejumput asa yang bergelora di dalam dada
selalu
sirna tatkala menatap sekujur tubuhku yang hina
Aku
mencintaimu, Rani!
Walau
kumakzulkan sombongku tatkala harus berkata “Cinta”
Yang
bagiku hanyalah sekedar fantasi belaka, hanya fana
Aku
mencintaimu, Rani!
Walau
aku sendiri tak mengerti bagaimana cara yang tepat untuk mencintaimu
Aku
mencintaimu, Rani!
Dalam
sekejap kau mampu mengubah arah jalanku
Dalam
sekejap kau mampu membuat bibirku membisu
Dalam
sekejap kau mampu membuat mataku bangkit dari tatapan sayu
Aku
mencintaimu, Rani!
Namun
menyebut namamu saja bibirku terbata
apalagi merangkai kata semanis syair rumi
Aku
mencintaimu, Rani!
Namun
aku tak mengerti apa yang harus kulakukan untuk membuatmu mengerti
Sebab
rasanya meskipun cinta ini berarti jika didiamkan mati sendiri
Aku
mencintaimu, Rani!
Lalu
apa yang harus kulakukan untuk membuatmu mengerti?
Haruskah
kuterus melangkah menjejaki jalan mendaki tuk menggapai cintamu di puncak
tertinggi?
Atau
haruskah ku berhenti di sini membunuh cintaku sendiri dengan sejuta tanya dan
sebongkah keresahan di dalam hati?
Rani,
Aku mencintaimu!
-(Lakon Hidup)-
Tidak ada komentar
Posting Komentar