Minggu, 30 November 2014

Beberapa Bulan di Universitas Indonesia


#AdaApaDenganMaba

Saya bingung, entah kata pertama seperti apa yang seharusnya saya tulis. Rasanya lama juga ya saya tidak menyentuh rumah pemikiran saya ini. Bahkan, sebulan sekali saja saya masih teramat sulit untuk konsisten menuliskan pemikiran-pemikiran, pengamatan, ataupun pengalaman –pengalaman saya. Alasan saya adalah apa yang akan saya tuliskan saat ini…”Kesibukan”

Apalah arti seorang Maba? Pertanyaan retoris itu seakan cukup menyentak saya ketika pertama kali mendengarnya dari salah satu kawan di FISIP. Sebuah pertanyaan yang membuat saya terus berpikir apakah sedemikian tak berartinya seorang mahasiswa baru? Saya terus bergelut di dalam batin untuk menjawab pertanyaan tersebut. Saya Ali Zainal Abidin,mahasiswa baru FISIP UI(angkatan 2014), jurusan Administrasi Niaga punya prinsip-prinsip tertentu dalam menjalankan kehidupan kemahasiswaan. Sekarang mungkin saya hampir menemukan jawaban mengapa tuhan menakdirkan saya berada di FISIP ini. Salah satu jawabannya mungkin sebab apa yang saya alami di FISIP ini lebih cocok dengan apa yang ada dalam pemikiran-pemikiran saya. Saya memang bercita-cita untuk menjadi seorang entrepreneur. Namun bukan berarti saya hanya tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi. Saya justru lebih tertarik untuk membahas isu-isu tentang sosial dan politik. Dua pertiga dari buku-buku koleksi saya membahas tentang sejarah, politik, dan konspirasi. Apakah saya salah jurusan? Mungkin di lain artikel saya akan menjawab pertanyaan tersebut yang juga pernah diungkapkan beberapa orang terhadap saya.

Kembali ke bahasan tentang kesibukan…

Mungkin saya termasuk salah satu mahasiswa yang punya kesibukan cukup padat di FISIP ini. Saya tipe mahasiswa yang lebih memilih untuk memanfaatkan waktu untuk beragam kesibukan ketimbang hanya kuliah dan pulang, atau hanya sekedar nongkrong-nongkrong sambil merokok sembari menunggu waktu. Meskipun bukan berarti saya tidak pernah mengerjakan hal tersebut, namun saya hanya ingin menggunakan setiap kesempatan menghela nafas yang diberikan tuhan untuk saya. Setidaknya, di setiap kali saya nongkrong-nongkrong masih ada hal-hal yang bermanfaat yang bisa diperbincangkan. Saya pun merasa bersyukur sebab rasanya lingkungan teman-teman saya cukup mendukung untuk hal tersebut.

Bagi saya organisasi adalah tempat yang tepat untuk menempa diri. Entah mengapa sejak SD dulu saya sudah punya kecenderungan untuk berminat terhadap organisasi. Karena organisasi terkait dengan kepemimpinan, maka saya juga memiliki ketertarikan untuk mempelajari pemikiran-pemikiran para pemimpin dunia dengan membaca kisah-kisah hidup mereka. Mengapa saya tertarik dengan organisasi, sebab bagi saya jika kaum eksakta punya laboratorium untuk memperdalam keilmuan mereka, maka organisasi adalah laboratorium yang tepat bagi kami kaum sosial untuk mengasah pisau pemikiran dan keilmuan kami.

Kembali ke aktivitas…

Sejak awal kehadiran saya sebagai mahasiswa baru di FISIP UI saya sudah memiliki rancangan tentang partisipasi organisasi. Di semester satu ini saya membagi partisipasi saya ke dalam tiga skala, yaitu tingkat universitas, fakultas, dan jurusan. Alasan saya memetakan partisipasi saya ke dalam tiga skala tersebut mungkin cukup mendasar. Pertama, saya ingin membangun relasi yang jelas lebih heterogen. Kedua, saya ingin mempelajari sejauh apa dan bagaimana kondisi di setiap skala tersebut agar nantinya saya bisa menempatkan diri di tempat yang tepat.

Untuk tingkat universitas, saya memilih #GerakanUIMengajar sebagai aktivitas. Alasan saya cukup mendasar, yakni tentang idealisme pemikiran untuk memberikan kemanfaatan dengan pendidikan dan masalah waktu yang tidak pernah bisa ditebak. Sebab kesempatan belum tentu datang dua kali. Saya tidak tahu di semester lanjut nanti kesibukan apa saja yang saya alami. Untuk dapat menjadi pengajar terpilih, tentunya tidak serta-merta dengan mudah menjalankannya. Ada empat tahapan seleksi, yaitu essay, Focus Group Discussion(FGD), simulasi mengajar, dan personality test & wawancara. Jika dilihat secara kuantitatif pun cukup menantang, dari sekitar 600 pendaftar hanya 36 pengajar yang dipilih. Artinya hanya sekitar 5 % dari seluruh pendaftar. Alhamdulillah, saya termasuk salah satu dari 36 pengajar terpilih tersebut dan berstatus “MABA”.

Sebagai mahasiswa baru FISIP, sangat wajar jika acara pertama yang saya kenal di FISIP tentunya adalah Olimpiade Ilmu Sosial(OIS). Alasannya cukup historis, saya pernah mengikuti seleksi kompetisi ini namun tidak berhasil menembus babak final. Teman seperjuangan saya dari IC di tahun tersebut pun berhasil merebut gelar juara seiring di tahun berikutnya adik kelas saya pun demikian. Maka rasanya saya ingin menjadi bagian dari kompetisi ini walaupun tidak dengan status finalis tetapi Liaison Officer(LO). Bagi saya, ini adalah tipe kepanitaan baru. Selama ini saya jarang sekali menjadi LO selama di IC kecuali kunjungan-kunjungan para visitor yang hendak studi banding. Tentunya saya mendapatkan sangat banyak sekali pengalaman baru yang sangat bermanfaat.

Untuk tingkat jurusan saya memilih NCC sebagai wadah aktivitas kepanitiaan. Alasan saya cukup sederhana. Sebagai seorang mahasiswa baru tentunya saya punya ekspektasi yang tinggi terhadap acara berskala nasional yang diadakan oleh HM ADM UI ini. Kemudian, menyadari kesibukan saya yang mungkin sudah mulai padat, saya juga memilih kepanitiaan yang bersifat pra-acara. Oleh sebab itu saya memilih untuk menjadi desainer grafis pada seksi HPD. Semoga semakin mengasah kemampuan saya dalam desain grafis selain berkontribusi untuk acara berskala nasional milik jurusan sendiri.

Selain berkontribusi di bidang organisasi, Alhamdulillah saya juga diberi kesempatan untuk berkontribusi di bidang kompetisi baik di tingkat FISIP maupun di tingkat UI. Di tingkat FISIP saya turut menjadi kontingen ADM dalam OLIMFIS(futsal, basket, dan voli), Kompres Maba(debat bahasa indonesia), dan Gelas Maba(poster). Untuk kompetisi di tingkat UI, Alhamdulillah saya bersama kedua rekan saya diberi amanah untuk menjadi kontingen FISIP pada kompetisi UI Quranic Olympiad(UIQO) pada mata lomba Musabaqoh Fahmil Quran(MFQ). Meskipun tidak menyabet gelar juara, namun saya bersyukur karena bisa sampai di babak final dan menjadi tim yang didominasi oleh maba.

Saya merasa bersyukur karena diberi kesempatan untuk banyak belajar, berkenalan, mengambil pengalaman, dan mengembangkan minat serta bakat saya. Akan tetapi after all,  “No Victory Without Sacrifice”(Mockingjay). Selalu ada pengorbanan untuk suatu kemenangan. Untuk mencapai hasil yang lebih, maka harus pula ada upaya lebih. So, just keep spirit to be benefit.

(LAKON HIDUP)


2 komentar

  1. wah hebat sekali mas ali ini, status maba yang memang dikenal sbagai masa-masa rajin, benar-benar dilakukan, tapi apa gak mau kontribusi yang skalanya lebih besar, di komunitas jakarta seperti komunitas jendela mungkin? terus berjuang bang.

    BalasHapus
  2. Wah, terima kasih mas JKDesain...

    Saya mohon maaf karena baru sempat balas komentarnya, karena seminggu kemarin saya masih harus menghadapi UAS.

    Alhamdulillah mas mungkin karena passion kali ya...
    Tapi kalo saya sih punya prinsip, "Di atas langit masih ada langit"...
    Saya hanya berusaha melakukan yang bermanfaat saja...

    Kalo untuk masalah berkontribusi dalam skala yang lebih besar mungkin nanti akan saya coba. Saya cukup punya minat pada bidang kajian atau diskusi tentang masalah-masalah sosial. Sekarang-sekarang ini memang saya belum bergabung dengan orgnasisasi di luar kampus karena selain saya memang masih maba dengan kegiatan orientasi yang cukup padat saya juga dulu sekolah di sma boarding. Sehingga belum banyak benar-benar mengenal komunitas-komunitas tertentu...

    BalasHapus

© 2025 BUKAMATA
Maira Gall