Bukamata, begitulah saya
menyebut identitas saya dalam dunia jurnalistik. Pada perjalanan yang saya
tempuh dalam urusan tulis-menulis nyatanya tak sesuai dengan perencanaan awal
yang saya bayangkan. Pada waktu awal saya mencetuskan redaksi ini, saya berencana
untuk banyak mem-posting tulisan-tulisan saya melalui blog dan mading sekolah.
Namun pada kenyataannya mungkin hanya mading sekolah yang bisa saya jamahi
dengan agak bebas.
Kenyataan ini bisa saya terima
sebab saya memang harus sadar diri. Semester dua rasanya aktivitas semakin
padat. Utamanya bagi para organisator sekolah. Acara-acara besar dan hal-hal
lainnya yang harus diurus menuntut harus meninggalkan banyak hal dan waktu.
Cukup menyita perhatian, ditambah masalah-masalah yang terkadang saya merasa
malas untuk mengurusnya sebab hal-hal yang tidak penting dan kesok-tahuan
orang-orang yang terkadang saya anggap sebagai angin lalu.
Lalu saya akan bicara tentang
menulis. Bicara tentang hal ini, rasanya cukup membingungkan bagi saya. Mengapa
saya cukup menyenangi hal ini. Meskipun saya belum bisa menjadi seorang penulis
hebat, namun entah mengapa ada sensasi tersendiri dalam membuat tulisan-tulisan
yang dapat dibaca oleh orang lain. Alhasil bisa dikatakan dalam sebulan saya
cukup produktif. Saya memang tidak menulis semua hal untuk saya bagi. Banyak
pula hal-hal yang tak saya publish. Bentuknya bisa berupa buku harian, atau
kumpulan opini-opini saya. Tulisan yang akan saya publish baiasanya saya buat
untuk dipasang di mading. Mungkin sampai saat ini baru itu media yang bisa saya
gunakan sebab keterbatasan yang saya miliki. Keterbatasan waktu dan fasilitas
terkadang membuat saya bosan. Alhasil terkadang pula saya hanya menulis di buku
catatan tentang opini-opini saya.
Beberapa bulan terakhir ini saya
memang kesulitan untuk menulis di blog semacam tulisan ini. Masalah internal di
sekolah berimbas pada banyak hal termasuk pada regulasi peminjaman laptop
sebagai fasilitas untuk mengerjakan tugas ataupun kepentingan lainnya sebagai
siswa. Alhasil rasanya baru ini saya menulis, setelah “artikel persona:
sebuah introduksi”.
Saya banyak menulis di mading
sekolah. Alhasil, BuKamaTa dihargai dalam kategori jurnalistik dengan award sebagai
tertulis. Saya ucapkan terima kasih banyak atas penghargaan itu.
Namun mungkin bukan itu yang menjadi motivasi utama saya dalam menulis. Saya
pada awalnya hanya ingin mengajak kawan-kawan untuk mulai berkarya. Kita punya
fasilitas mading yang luas, namun sayang apabila hanya dibiarkan begitu saja
tanpa warna-warni tulisan atau karya lainnya. Semoga Insan Cendekia tidak sepi
dari berbagai karya.
Bagi saya pengahargaan itu patut
saya persembahkan kepada orang-orang yang telah banyak berjasa kepada saya. Wadesta,
sebagai keluarga saya selama setahun penempaan dalam dunia jurnalistik dan organisasi.
Lalu Soe Hok Gie, sebagai inspirator yang membuat warna tulisan saya berkiblat
padanya. Keluarga dan kawan-kawan serta para pembaca. Dan yang paling agung
Allah SWT. Saya berharap tulisan-tulisan itu tidak hanya berhenti sampai
disitu. Walaupun katanya kelas 3 aktivitasnya padat belajar, namun apabila saya
sempat mudah-mudahan saya masih mau berusaha.
Tidak ada komentar
Posting Komentar