Minggu, 24 Juli 2016

FISIP MASUK DESA : Belajar Dari Desa


Tridharma perguruan tinggi sebagai sokoguru pendidikan tinggi di Indonesia mengajarkan nilai pengabdian kepada masyarakat selain pendidikan dan penelitian. Nilai tersebut tentunya memiliki bentuk penerapan yang berbeda-beda di tiap universitas atau perguruan tinggi baik swasta maupun negeri. Ada bentuk penerapan seperti KKN(Kuliah Kerja Nyata), berbagai bentuk acara community service hingga community developement, dan sebagainya. Bahkan di era sekarang sedang populer kegiatan atau gerakan pengabdian masyarakat berbasis pendidikan yang banyak terinspirasi oleh Gerakan Indonesia Mengajar baik di level jurusan, fakultas, maupun universitas.

Pasca kegiatan Ujian Akhir Semester Genap usai, saya mengikuti kegiatan FISIP Masuk Desa(FMD) 2016. FISIP Masuk Desa merupakan kegiatan pengabdian masyarakat berbentuk community service atau social project yang diselenggarakan oleh Departemen Sosial Masyarakat BEM FISIP UI dan diikuti oleh anak FISIP sebagai peserta. Tahun Ini adalah tahun kedua saya mengikuti kegiatan tersebut setelah sebelumnya, pada tahun 2015 silam FMD berlangsung di daerah Karang Tengah, tak jauh dari perumahan Sentul City. Tahun ini, FMD dilaksanakan masih di dalam wilayah kabupaten Bogor namun di Desa yang berbeda, yaitu di Kampung Tegal Panjang, Desa Sukamulya, Kecamatan Sukamakmur.

Sebagai sebuah kegiatan tahunan, tentunya pembelajaran dari setiap proses yang dilewati menjadi suatu batu loncatan untuk terus-menerus melakukan perbaikan. Saya kira FMD tahun ini banyak belajar dari FMD tahun kemarin dengan membuat perbaikan di berbagai sisi. Hal tersebut juga yang menjadi motivasi saya untuk terlibat kembali sebagai panitia dalam kegiatan ini. Saya menyadari di tahun sebelumnya saya tidak memberikan kontribusi yang maksimal atau setidaknya cukup. Pada tahun ini, saya terlibat dalam kepanitiaan FMD sebagai bagian dari divisi acara yang bertanggung jawab atas beberapa kegiatan pra acara yang dikenal dengan Baper Bareng FMD. Rangkaian kegiatan Baper Bareng FMD tersusun dari lima kegiatan, yaitu Sentra Imaji, Silang Gagasan, Susur Desa, Pralaksana Dharma, dan Gugus Sinergi. Rangkaian kegiatan pra acara(Baper Bareng FMD) bertujuan sebagai upaya persiapan peserta dan panitia sebelum kegiatan dilaksanakan pada hari-H.

Pelaksanaan FMD 2016 berlangsung pada tanggal 13-15 Juli 2016. Kebetulan waktu pelaksanaan FMD tahun ini bertepatan dengan bulan Ramadhan. Tentunya hal ini menjadi sebuah tantangan bagi kami panitia dan peserta. Rancangan kegiatan harus dibuat sematang mungkin agar tidak menjadi beban yang terlalu berat baik bagi panitia dan peserta, maupun bagi warga desa Tegal Panjang. Pelaksanaan berbagai kegiatan harus dipersiapkan. Pada hari pertama(Senen Wawawuhan) kegiatan dimulai dengan acara pembukaan di kantor desa dan mobilisasi peserta ke rumah induk semang masing-masing. Di hari kedua(Selasa Ngariung) kegiatan yang dilakukan yaitu workshop usaha rakyat, kegiatan “Dari FISIP untuk Tegal Panjang”, dan buka puasa bersama. Pada hari ketiga(Rebo Babagi), kegiatan diisi dengan pengobatan gratis bersama ACT dan pamitan.

Karena tanggung jawab fungsional saya untuk mengurus kegiatan pra acara telah usai, maka selama berlangsungnya acara pada hari-H saya “beralih profesi” sebagai pekerja serabutan atau pembantu umum. Mulai dari menjadi tim advance yang tiba di lokasi lebih awal, mobilisator peserta, pembawa acara, pembaca doa, pengisi sesi refleksi, pasukan angkat-angkat, sampai tukang cuci piring. Kondisi seperti ini tentunya sangat menyenangkan bagi saya karena dengan tanggung jawab fungsional yang telah usai, saya bisa lebih banyak belajar selama kegiatan berlangsung di desa.

FISIP Masuk Desa 2016 mungkin bukan pertama kalinya saya turun ke desa. Sebelum FMD saya pernah beberapa kali turun ke desa baik yang berbentuk kegiatan resmi seperti Gerakan UI Mengajar maupun sekedar kegiatan pelesiran saya. Beberapa pola permasalahan umum yang dihadapi masih sama. Pada umumnya setiap desa punya masalah terkait dengan akses pendidikan yang sulit, pemenuhan hak-hak sipil, pengembangan ekonomi masyarakat, sarana dan prasarana, dan sebagainya. Saya mungkin sampai saat ini belum bisa berbuat apa-apa selain mempertanyakan bagaimana berlangsungnya otonomi daerah sampai saat ini.  

Pola permasalahan yang saya sadari tersebut juga menyentil nalar saya dan berpikir bahwasanya berbagai kegiatan pengabdian masyarakat tersebut memang tidak bisa begitu saja menyelesaikan permasalahan-permasalahan di desa tersebut. Permasalahan-permasalahan yang ada tentunya harus diselesaikan secara makro dan dalam jangka waktu yang sangat panjang serta melibatkan banyak pihak. Akan tetapi, meskipun demikian hal tersebut tidak bisa menjadi alasan untuk kita enggan turun ke desa dan melakukan berbagai kegiatan pengabdian masyarakat. Yakinlah, sekecil apapun dampaknya hal tersebut juga memiliki arti. Entah bagi siapa dan kapan dampaknya akan terasa. Setidaknya, orientasi paling mendasar yang bisa kita tanamkan adalah untuk memberikan apa yang bisa kita beri serta belajar untuk mengambil manfaat dari apa yang bisa kita pelajari. 

Dokumentasi :


Kegiatan Workshop Usaha Rakyat

Dari FISIP Untuk Tegal Panjang

Pengobatan Gratis bersama ACT

Acara Pembukaan

Sesi Diskusi dan Refleksi pasca kegiatan

Ngelamun

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© BUKAMATA
Maira Gall