Tridharma perguruan tinggi
sebagai sokoguru pendidikan tinggi di Indonesia mengajarkan nilai pengabdian kepada
masyarakat selain pendidikan dan penelitian. Nilai tersebut tentunya memiliki
bentuk penerapan yang berbeda-beda di tiap universitas atau perguruan tinggi
baik swasta maupun negeri. Ada bentuk penerapan seperti KKN(Kuliah Kerja
Nyata), berbagai bentuk acara community service hingga community developement,
dan sebagainya. Bahkan di era sekarang sedang populer kegiatan atau gerakan
pengabdian masyarakat berbasis pendidikan yang banyak terinspirasi oleh Gerakan
Indonesia Mengajar baik di level jurusan, fakultas, maupun universitas.
Pasca kegiatan Ujian Akhir
Semester Genap usai, saya mengikuti kegiatan FISIP Masuk Desa(FMD) 2016. FISIP
Masuk Desa merupakan kegiatan pengabdian masyarakat berbentuk community service atau social project yang diselenggarakan oleh
Departemen Sosial Masyarakat BEM FISIP UI dan diikuti oleh anak FISIP sebagai
peserta. Tahun Ini adalah tahun kedua saya mengikuti kegiatan tersebut setelah
sebelumnya, pada tahun 2015 silam FMD berlangsung di daerah Karang Tengah, tak
jauh dari perumahan Sentul City. Tahun ini, FMD dilaksanakan masih di dalam
wilayah kabupaten Bogor namun di Desa yang berbeda, yaitu di Kampung Tegal
Panjang, Desa Sukamulya, Kecamatan Sukamakmur.
Sebagai sebuah kegiatan tahunan,
tentunya pembelajaran dari setiap proses yang dilewati menjadi suatu batu
loncatan untuk terus-menerus melakukan perbaikan. Saya kira FMD tahun ini
banyak belajar dari FMD tahun kemarin dengan membuat perbaikan di berbagai
sisi. Hal tersebut juga yang menjadi motivasi saya untuk terlibat kembali
sebagai panitia dalam kegiatan ini. Saya menyadari di tahun sebelumnya saya
tidak memberikan kontribusi yang maksimal atau setidaknya cukup. Pada tahun
ini, saya terlibat dalam kepanitiaan FMD sebagai bagian dari divisi acara yang bertanggung
jawab atas beberapa kegiatan pra acara yang dikenal dengan Baper Bareng FMD.
Rangkaian kegiatan Baper Bareng FMD tersusun dari lima kegiatan, yaitu Sentra
Imaji, Silang Gagasan, Susur Desa, Pralaksana Dharma, dan Gugus Sinergi.
Rangkaian kegiatan pra acara(Baper Bareng FMD) bertujuan sebagai upaya
persiapan peserta dan panitia sebelum kegiatan dilaksanakan pada hari-H.
Pelaksanaan FMD 2016 berlangsung
pada tanggal 13-15 Juli 2016. Kebetulan waktu pelaksanaan FMD tahun ini
bertepatan dengan bulan Ramadhan. Tentunya hal ini menjadi sebuah tantangan
bagi kami panitia dan peserta. Rancangan kegiatan harus dibuat sematang mungkin
agar tidak menjadi beban yang terlalu berat baik bagi panitia dan peserta,
maupun bagi warga desa Tegal Panjang. Pelaksanaan berbagai kegiatan harus
dipersiapkan. Pada hari pertama(Senen Wawawuhan) kegiatan dimulai dengan acara
pembukaan di kantor desa dan mobilisasi peserta ke rumah induk semang
masing-masing. Di hari kedua(Selasa Ngariung) kegiatan yang dilakukan yaitu workshop
usaha rakyat, kegiatan “Dari FISIP untuk Tegal Panjang”, dan buka puasa
bersama. Pada hari ketiga(Rebo Babagi), kegiatan diisi dengan pengobatan gratis
bersama ACT dan pamitan.
Karena tanggung jawab fungsional saya untuk
mengurus kegiatan pra acara telah usai, maka selama berlangsungnya acara pada
hari-H saya “beralih profesi” sebagai pekerja serabutan atau pembantu umum.
Mulai dari menjadi tim advance yang tiba di lokasi lebih awal, mobilisator
peserta, pembawa acara, pembaca doa, pengisi sesi refleksi, pasukan
angkat-angkat, sampai tukang cuci piring. Kondisi seperti ini tentunya sangat
menyenangkan bagi saya karena dengan tanggung jawab fungsional yang telah usai,
saya bisa lebih banyak belajar selama kegiatan berlangsung di desa.
FISIP Masuk Desa 2016 mungkin
bukan pertama kalinya saya turun ke desa. Sebelum FMD saya pernah beberapa kali
turun ke desa baik yang berbentuk kegiatan resmi seperti Gerakan UI Mengajar
maupun sekedar kegiatan pelesiran saya. Beberapa pola permasalahan umum yang
dihadapi masih sama. Pada umumnya setiap desa punya masalah terkait dengan
akses pendidikan yang sulit, pemenuhan hak-hak sipil, pengembangan ekonomi
masyarakat, sarana dan prasarana, dan sebagainya. Saya mungkin sampai saat ini
belum bisa berbuat apa-apa selain mempertanyakan bagaimana berlangsungnya
otonomi daerah sampai saat ini.
Pola permasalahan yang saya
sadari tersebut juga menyentil nalar saya dan berpikir bahwasanya berbagai
kegiatan pengabdian masyarakat tersebut memang tidak bisa begitu saja menyelesaikan
permasalahan-permasalahan di desa tersebut. Permasalahan-permasalahan yang ada
tentunya harus diselesaikan secara makro dan dalam jangka waktu yang sangat
panjang serta melibatkan banyak pihak. Akan tetapi, meskipun demikian hal
tersebut tidak bisa menjadi alasan untuk kita enggan turun ke desa dan
melakukan berbagai kegiatan pengabdian masyarakat. Yakinlah, sekecil apapun
dampaknya hal tersebut juga memiliki arti. Entah bagi siapa dan kapan dampaknya
akan terasa. Setidaknya, orientasi paling mendasar yang bisa kita tanamkan
adalah untuk memberikan apa yang bisa kita beri serta belajar untuk mengambil
manfaat dari apa yang bisa kita pelajari.
Dokumentasi :
Kegiatan Workshop Usaha Rakyat |
Dari FISIP Untuk Tegal Panjang |
Pengobatan Gratis bersama ACT |
Acara Pembukaan |
Sesi Diskusi dan Refleksi pasca kegiatan |
Ngelamun |
Tidak ada komentar
Posting Komentar