Sabtu, 14 November 2015

TUHAN, NEGERIKU DIRAMPOK!



Sungguh, air mataku berlinang tatkala menyaksikan kenyataan-kenyataan yang selama ini begitu jauh dari mataku. Di pulau seberang sana, saudara-saudaraku diperlakukan dengan begitu kejamnya, dengan begitu teganya.

Bukankah mereka juga manusia? Sama seperti kita.  Tetapi mengapa mereka diperlakukan sedemikian tega? Bukan selayaknya manusia. Bahkan seakan lebih hina dari binatang.

Apakah mereka tidak berhak untuk meminta kesejahteraan seperti halnya kita? Seolah-olah mereka bukanlah bagian dari kita, rakyat yang sah berdaulat atas negerinya menurut kitab sakti undang-undang dasar pedoman bangsa.

Aku merenung, bahkan kita di sini masih suka berfoya-foya membuang uang begitu saja. Akan tetapi ternyata jauh di sana mereka mempertaruhkan nyawa untuk sekeping alat tukar demi melanjutkan hidup mereka.

Sungguh tuhan engkau maha mengetahui apa yang terjadi. Negeriku telah dirampok. Rakyatnya telah dibodohi, dininakan, dan ditindas begitu saja. Betapa mirisnya, menjadi asing di tanah sendiri. Menjadi hina di atas tumpah darahnya. Dimiskinkan di atas tanahnya yang kaya. Terpenjara di atas tanahnya yang sepatutnya merdeka. Menjadi budak padahal seharusnya mereka adalah tuan di atas tanahnya.

Lalu bagaimana dengan negara? Ah, mafia besar ini, badut-badut serakah itu hanya menutup mata dan berpura-pura tidak tahu sebab terciprat nikmatnya. Bedebahnya anak bangsa kita yang membungkam diri begitu saja melihat saudaranya ditindas semena-mena demi kepentingan perutnya.

Dimanakah keadilan? Mungkin, di negeri kita keadilan tinggallah dongeng, legenda, misteri, atau sekedar masih menjadi mitos yang entah kapan bisa diketahuinya.

Lalu sesama anak bangsa berubah menjadi pion-pion yang saling angkat senjata sebab terjebak dalam bidak-bidak permainan bedebah-bedebah itu. Saling tikam dan saling  hantam.

Lagi dan lagi, ilmu menjadi alat penindasan dari hakikatnya untuk memerdekakan.
Sungguh tuhan, aku memohon pertolongan.

Lakon Hidup

https://youtu.be/x3OWOu88BhY

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© BUKAMATA
Maira Gall