Selasa, 09 Juni 2015

Dialog Kehampaan


Aku baru saja menemukan serpihan-serpihan kehampaan
Tentang butiran peristiwa yang menjadi debu dan sekejap sirna dengan sekali sapuan

Aku baru saja tersudut di ruang-ruang kehampaan
Terpojok di tepi jurang keraguan
Meracau dalam liarnya khayalan-khayalan
Bergumam di balik kesunyian

Aku bingung dan terus bertanya-tanya untuk apa aku diciptakan?
Kitab suci menyatakan bahwa aku diciptakan untuk menyembah tuhan
Tetapi tuhan yang mana?
Apakah tuhan yang menciptakan ataukah tuhan-tuhan yang manusia ciptakan?
Apakah berhala kusebut juga tuhan ?
Sementara jutaan manusia menyembah kehampaan yang bahkan lebh fana dari berhala

Ah, betapa naasnya nasib berjuta insan yang  bercumbu dengan kehampaan
Kau blang aku menyembah kesemuan, menyembah tuhan dalam khayalan.
Kau bertanya padaku tentang eksistensi dan wujudnya dalam kehidupan
Lalu aku menjawab dengan pertanyaan-pertanyaan
Bukankah ini bukti buktika logikamu yang sarat akan keterbatasan?

Kau percaya sabda manusia namun mengingkari-Nya yang menciptakan
Kau bisa percaya bualan Adam Smith tentang invisible hand tapi kau tak percaya adanya tangan yang berkuasa di atas kehidupan
Lalu kau ini apa? Apa yang sebenarnya kau percaya?

Malang nian nasib berjuta insan yang terjebak dalam  kehampaan
Kau menuhankan akal pikiran sementara akal pikiranmu ada yang menciptakan dan oleh karenanya punya keterbatasan.
Kita berbicara tentang filsafat, logika, dialektika, idealisme, materialisme dan apa saja
Lalu kau menuhankannya tanpa sadar dan semua itu menjadi berhala yang kau puja

Aku berpikir untuk apa aku mencari kebenaran jika aku kehilangan kebenaran yang sesungguhnya?
Aku merasa berdiri di puncak kesejatian padahal sepersekian detik kemudian aku sudah tersungkur di lembah kehampaan
Ah memang dasarmu insan. Begitu angkuh dengan dialektikamu seakan mampu menandingi dialektika tuhan

Fa bi ayyi aa laa irobbikumaa tukadzibaan...?


(Lakon Hidup)

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© BUKAMATA
Maira Gall