Beberapa hari
yang lalu saya menyempatkan diri untuk hadir pada acara eksplorasi Calon Ketua
dan Wakil ketua BEM UI 2015. Saya memang tidak datang benar-benar dari awal
karena saya harus mengikuti kegiatan mentoring pengajar Gerakan UI Mengajar
Angkatan 4. Namun ternyata saya tidak terlalu terlambat hadir karena memang
bahasan di awal belum terlalu seru setelah saya membaca hasil notulensi yang
beredar di jarkom. Wah, beredar di jarkom? Sampai sebegitunya kah? Entah
mungkin hanya karena memang saya anak FISIP atau karena memang eksplorasi di
fakultas lain kurang semenarik di FISIP. Yang jelas, saya sudah mendengar kabar
dari kawan-kawan saya di ITB soal hasil eksplorasi Cakabem & Cawakabem di
FISIP yang sudah menyebar luas di berbagai media sosial, termasuk di grup
line/WA kawan saya yang mengonfirmasi hal ini kepada saya.
Mengapa hal ini
terjadi? Apakah sedemikian kerasnya anak FISIP? Mungkin saya pernah mendengar
pernyataan dari fakultas tetangga, “lebay deh anak FISIP”. Apakah benar
sedemikian lebaynya ? Namun bagi saya tidak, sebab apa yang kami lakukan di
FISIP cukuplah berdasar dan jelas menggambarkan basis keilmuan kami. Saya
mengutip pernyataan salah satu senior yang saat itu turut menjadi penanya
kepada pasangan cakabem dan cawakabem. Saya kira pertanyaan ini cukup dapat
menjawab mengapa malam eksplorasi ini cukup panjang. Dia mangatakan “Kami di
sini tidak diajarkan untuk berbicara dengan kabel dan beton, tetapi kami di
sini diajarkan untuk berbicara dengan manusia.” Pernyataan ini sontak
membuat saya kaget dan langsung menyadari mengapa malam ini bisa terjadi, dan
mengapa saya ada di malam itu.
Untuk memberikan
gambaran yang lebih jelas kepada para pembaca mengenai malam itu, mungkin saya
akan melampirkan hasil eksplorasi yang saya kutip dari akun FB salah seorang
mahasiswa FISIP UI seperti di bawah ini agar pembaca dapat dengan jelas
mendapatkan gambaran:
1. Ideologi Politik: Pancasila (Keduanya)
2. Politisi Favorit: JK (Andi) dan Habibie (Taufik)
3. Preferensi Partai Politik: Golkar dan PKS (Andi), PKS
(Taufik)
4. KIH/KMP: Prabowo/KMP (Keduanya)
5. Mengapa KMP? Indonesia butuh ketegasan
6. Ketegasan vs Demokrasi? Tak harus berlawanan, pendapat
konstituen bisa diminta terlebih dahulu, lalu diakhiri dengan pengambilan
keputusan yang tegas
7. Peran perempuan dalam politik? Dibutuhkan karena
pengalaman mereka yang berbeda dari pria, satunya karena mereka lebih
mengedepankan perasaan.
8. Pernikahan beda agama? Tidak setuju, tidak sesuai dengan
Undang-Undang. Selain itu, semua agama ingin pernikahan ummah sesuai agama
masing-masing
9. Pencabutan subsidi, setuju/tidak setuju: Tidak setuju,
sebaiknya di masa depan saja, jangan sekarang, karena sekarang kejelasan belum
diberikan perihal alokasinya (fakta: sudah ada kejelasan)
10. Pembangunan selat sunda dan tol laut, setuju/tidak? Setuju,
karena 2/3 wilayah Indonesia adalah laut.
11. Setuju/tidak setuju, keputusan KMP untuk impeach Jokowi:
tidak setuju jika tidak konstitusional (fakta: impeachment itu sendirinya
konstitusional).
12. Setuju/tidak setuju, ganja dilegalkan: Tidak setuju.
13. Setuju/tidak setuju, hukum waris dalam Islam bahwa
perempuan mendapat 1/4 warisan, lelaki 2xnya: Setuju, laki-laki itu tulang
punggung keluarga, memiliki kewajiban yang lebih dari wanita untuk mengurus
keluarga. Warisan laki-laki lebih agar lebih mampu menghidupi keluarganya.
14. Setuju/tidak setuju pernyataan Felix Siauw bahwa wanita
yang pintar, mandiri dan kuat itu "mengerikan?" Tidak setuju,
perempuan yang seperti itu justru baik.
15. Setuju/tidak setuju, tes keperawanan bagi Korps Polisi
Wanita: kami tidak tahu tujuannya, jadi belum ada posisi, tapi setahu kami
dalam rekrutmen TNI tes keperjakaan juga ada, walau saya tidak tahu caranya
bagaimana.
16. Tahu kepanjangan MP3EI? Tidak.
17. Setuju dengan MP3EI? Belum mendalami, jadi belum ada
posisi.
18. Mengapa harus memilih anda? Kami lurus dan kami tulus
(maka pilih kami).
19. Dipertanyakan oleh seorang gay terbuka, kenapa LGBT
penyakit, maksud anda? Saya tidak update, saya tidak tahu DSM telah
memperbaharui status LGBT menjadi lifestyle.
20. Jika ayah anda gay, bagaimana sikap anda? Saya tetap
menghormati.
21. Anda gay atau hetero? Hetero.
22. Teori siapa LGBT adalah lifestyle? Tidak tahu.
23. Mengapa anda hetero? Karena demikianlah kodrat
manusia menurut agama
24. Dipertanyakan oleh seorang bisexual terbuka, menurut
anda keperawanan dan keperjakaan itu apa? sudah atau belumnya seseorang
melakukan hubungan intim
25. Kalo saya sudah oral, fingering dan anal, itu artinya
saya masih perawan atau perjaka tidak? Kami belum mendalami ilmu kedokteran,
jadi kami belum bisa menjawab soal itu.
25. Pendapat tentang tes narkoba acak di dalam kampus: sepakat,
narkoba memang buruk
26. Tes narkoba hanya untuk mahasiswa atau seharusnya
seluruh civitas akademika termasuk rektor dan dosen? Seluruh civitas
akademika termasuk rektor dan dosen
27. Bisa menjamin dosen juga dites? Akan kami sampaikan.
28. Cara meminimalisir penganut LBGT sesuai statement anda? Saya
tidak ingat menyebutkan meminimalisir, saya hanya ingat menyebutkan penganut.
Sikap kami utamanya terkait kepengurusan BEM: kami tidak mempermasalahkan latar
belakang LGBT, selama kompeten.
29. Terkait mahasiswa difabel, posisi anda bagemana? Fasilitas
khusus akan diperjuangkan
30. Anda setuju "pemerataan pendidikan"? Setuju.
31. Ekstensi dan Vokasi biayanya lebih tinggi dari Reguler.
Bisa diperjuangkan agar turun? Akan kami advokasikan agar tidak naik, tapi
memperjuangkan turun agak sulit. Karena kelas anda memang kelas reguler.
Menurut aturan, biaya anda memang harus lebih mahal. Tapi kami juga belum
mengerti aturannya. Harus kami dalami dulu.
32. Pernah baca buku sastra? Tidak
33. Mampu baca satu hari satu buku sastra? Tidak. Mungkin
sebulan sebuku mampu.
34. Buku yang pertama kali anda baca? Autobiografi SBY,
saya suka baca biografi orang sukses (Andi).
35. Buku favorit? Buku tentang samurai jepang yang
berjuang tanpa pedang. (Taufik)
36. FPI (Front Pembela Islam), JIL (Jaringan Islam Liberal)
dan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia, inisiator gerakan khilafah), jika anda negara
dan harus membubarkan salah satu, yang mana? FPI, karena banyak melakukan
pelanggaran peraturan, misalnya penggerebekan liar.
37. Tidak pernah baca sastra, tapi mengutip WS Rendra? Ya,
kami memang mengutip walau tidak pernah membaca, kami hanya mencari pos-pos
yang menginspirasi.
38. Sang burung merak. Siapa itu? Tidak tahu (Jawaban:
Julukan untuk WS Rendra)
39. Tahukah, apa itu Liberalisme dan Komunisme? Liberalisme,
paham yang percaya individu memiliki "kesempatan akselerasi."
Manfaat: individu dituntut untuk mengakselerasi diri (benar tapi tidak
relevan). Sosialisme itu... eh, Komunisme..kami belum terlalu mendalami, jadi
tidak tahu.
40. Sikap personal terhadap keberadaan UILDSC (UI Liberalism
and Democracy Study Club) dan SEMAR UI (Serikat Mahasiswa Progresif UI)?
Kami ajak sebagai partner dalam bergerak
41. BEM UI punya Departemen Lingkungan Hidup, tapi dokumen
tidak dicetak bolak-balik? Akan kami pastikan bolak-balik.
42. Seorang perempuan di Aceh diperkosa, namun tetap
menerima hukuman cambuk. Menurut anda? Kurang sepakat Indonesia bukan negara
Islam, tapi negara Pancasila. Harus ikut hukum negara.
43. Latar belakang anda, apakah Tarbiyah? Jika maksudnya
kami ikut mentoring dan Liqo, ya, kami Tarbiyah.
44. Ideologi pribadi anda? (Juga) Pancasila.
45. Secara pribadi, sepakat demokrasi sistem kufur? Tidak.
Demokrasi akan menjadi azas kami dalam pergerakan.
46. Secara pribadi, setuju kepemimpinan khilafah di
Indonesia? Tidak, karena Indonesia plural.
48. Berapa tahun sudah Tarbiyah memimpin UI? Sembilan (9)
tahun
49. Sembilan (9) tahun Tarbiyah memimpin BEM UI, apakah
sudah memimpin dengan baik? Selalu ada evaluasi.
50. Anda sedang berjalan, pakaian anda mendadak menghilang,
dan anda bugil. Anda akan lari ke mana? Toilet (Taufik), Toilet Mushola
(Andi).
51. 300 juta per tahun dana rektorat untuk BEM UI. Kenapa
BEM UI tidak bubar, dana untuk mahasiswa yang tidak mampu? BEM masih
berguna.
52. Demokrasi itu apa? Dari rakyat, oleh rakyat, untuk
rakyat.
53. Indikator Demokrasi? Perlindungan HAM, kebebasan
pers, pergantian kepemimpinan secara berkala, partisipasi publik yang terbuka.
54. Sumber dana kampanye? Beberapa diantaranya dari
beasiswa aktivis Taufik dan lawyer kenalan Andi.
55. Departemen agama, penting atau tidak? Penting, masih
sesuai dengan Pancasila.
56. Paham pancasila? Tidak
57. Tapi itu ideologi politik dan pribadi anda? Ya.
58. Sebagai Pancasilais, menurut anda kenapa Indonesia harus
NKRI, bukan welfare state atau negara federal? Kami tidak paham Pancasila
dan tidak tahu.
59. Sebagai Pancasilais, menurut anda kenapa Indonesia yang
plural harus disatukan dengan nilai-nilai nasionalisme dan apa fungsi
nasionalisme itu sendiri bagi warga sipil? Kami tidak mendalami Pancasila
sehingga tidak bisa menjawab.
60. Sebagai Pancasilais, menurut anda benar jika negara
hanya mengakui 6 agama? Ya.
61. Tindakan Gus Dur mengakui konfusianisme sudah benar? Ya,
sesuai konstitusi.
62. Anda akan mengakui agama minoritas, misalkan anda jadi
presiden? Ya, asal mereka tidak mengganggu orang lain dengan kekerasan
63. Bagaimana dengan Ahmadiyah? Tidak ada kekerasan, tapi
mereka menggaggu agama Islam dengan menyama-nyamakan diri. Selama tidak
menyebut diri Islam, kami akan mengakui.
64. Setuju Soeharto jadi pahlawan? Belum.
65. Tahu apa itu Gestapu? Tidak.
66. Pendapat anda tentang pembantaian PKI dimana ormas
Muslim terlibat? Tidak tahu dan kami belum yakin ormas mana yang terlibat.
67. Tarbiyah itu apa? Pendidikan Islam. Di kampus
bentuknya mantoring dan liqo
68. Ada agenda peningkatan kualitas dosen? Belum
kepikiran. Tugas rektorat.
69. Hubungan Tarbiyah, PKS dan Ihwanul Muslimin (IM)? Kami
tidak tahu. Tapi jika tidak salah, PKS dan IM ada keterikatan.
70. Bisa main kesenian Indonesia? Kecapi (Andi), angklung
(Taufik)
71. Bisa bahasa inggris? Tidak sebagus itu.
72. Wildest sex fantasy? ML with Pevita Pearce (sensor),
ML with Ayu Azhari (sensor)
73. Anda buta sejarah, buta budaya, buta politik, buta
abstraksi, apa yang sebenarnya anda dalami? Organisasi (Andi), organisasi
(Taufik)
74. Menurut anda hakikat manusia dalam organisasi bagaimana,
berdasarkan pengalaman kalian? Manusia butuh kerjasama.
75. Berdasarkan pengalaman, bentuk organisasi apa yang
menurut anda cocok dengan kelompok-kelompok masyarakat di Indonesia? Tidak
tahu. Kami cuma tahu satu bentuk organisasi. Ya, yang kami ikuti. Organisasi
kampus dan SMA.
76. Anda paling mendalami berorganisasi. Dari pengalaman
anda, apa yang bisa direvisi dari teori-teori manajemen organisasi Barat dan
Timur (Cina)? Kami tidak bisa menjawab karena kami tidak tahu soal
teori-teori manajemen organisasi tersebut.
77. Bagaimana kultur mempengaruhi anda? Sipakkainga aka
saling mengingatkan, Sipakalebbi aka saling menghormati, Sipakattau aka saling
menghargai, sebagai orang Bugis 3S ini mempengaruhi saya (Andi), budaya Sunda
mengajarkan saya kelembutan (Taufik)
78. Ada berapa gender yang diakui sistem sosial Bugis Kuno? Tiga,
laki-laki, perempuan, waria (Salah. Jawaban: Lima, laki-laki, perempuan,
laki-laki yang mirip perempuan, perempuan yang mirip laki-laki dan Bissu aka
tanpa gender)
79. Di *salah satu organisasi Islam kampus* Ketua Keputrian
dihapuskan, bagaimana pendapat anda akan hal ini dari sisi kesetaraan jender
dan profesionalitas? Kami tidak melihat dari sisi-sisi tersebut, tapi
mungkin saja tidak ada hubungannya. Mereka hanya tidak ingin ada dualisme
kepemimpinan.
Begitulah hasil eksplorasi
Cakabem dan Cawakabem UI 2015. Bagaimana menurut anda para pembaca? Anda yang
tidak hadir di sana mungkin saat ini menggeleng-gelengkan kepala anda atau
tersenyum sarkas dan sinis. Bagaimana saya yang ada di sana dan turut merasakan
atmosfer suasana situasi tersebut. Sungguh saya sangat kecewa dengan hasil ini.
Namun, mari kita coba kritisi dan bahas secara konstruktif.
saya akan
menggambarkan sedikit garis besar arah diskusi dan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh para audiens di Kantin Takor FISIP UI. Setidaknya ada kurang
lebih empat tema utama yang di bahas pada malam tersebut.
Pengetahuan Umum
Mungkin saya
merasa sangat sedih jika memperlihatkan kepada para pembaca tentang bagaimana
pasangan tersebut menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar pengetahuan umum. Anda
para pembaca pun mungkin heran tentang apa yang terjadi kepada pasangan
tersebut. Sungguh sangat miris ketika mendengar jawaban-jawaban kedua orang
tersebut pada saat ditanyakan para audiens mengenai pengetahuan umum. Bahkan
saya seorang maba pun selalu menggeleng-gelengkan kepala ketika mendengar
jawaban-jawaban tersebut. Apalagi mengingat reputasi keduanya yang seharusnya
sudah cukup memadai. Cakabem, andi adalah seorang Kadep Kastrat BEM UI 2014.
Sementara Cawakabem, Taufik adalah seorang ketua BEM FMIPA UI 2014. Apakah anda
tidak melihat bagaimana jawaban-jawaban mereka? Sungguh ironi ketika mengingat
reputasi mereka yang cukup tinggi. Mengingat reputasi tinggi harusnya diimbangi
dengan bukti. Bukankah Kastrat tempat untuk kajian dan aksi strategis?
Bagaimana bisa membuat kajian yang produktif dan solutif serta aksi-aksi yang
nyata kalau pengetahuan umum demikian saja buta. Kalau ditanya penyebab,
mungkin miskinnya bahan bacaan bisa menjadi jawabannya. Bahkan mengutip kata
dari si burung merak pun tak tahu kalau si burung merak itu adalah Ws Rendra.
Ironis, bahkan tragis mengingat reputasi dan level anda yang sudah tidak lagi
muda di universitas ini. Banyak pula jawaban-jawaban yang bertentangan yang
menunjukkan sikap inkonsistensi keduanya. Apa lagi yang mau dikata jikalau
memang beginilah realitanya.
Ideologi dan
Paham
Ini yang mungkin
menjadi puncak tema pembahasan. Saya cukup merasakan atmosfer para audiens di
takor pada malam tersebut yang mengarahkan pertanyaan-pertanyaan pada persoalan
ideology dan paham yang mereka anut. Para audiens takor seakan mengarahkan
mereka untuk menjawab ada siapa di balik mereka. Mengapa demikian? Karena
mereka berasal dari golongan tarbiyah yang mungkin di FISIP ini agak dikritisi
gerakan-gerakannya. Bahkan sepuluh tahun terakhir Sembilan dari sepuluh ketua
BEM UI berasal dari golongan tarbiyah.
Akan tetapi
ketika ditanya mereka berideologi apa dan menjawab Pancasila para audiens
semakin mencari. Namun hal-hal ironis pun kembali terjadi. Ketika mereka
ditanya hal-hal yang berkaitan dengan pancasila mereka malah kerap kali
mengatakan tidak tahu, tidak mengerti, atau belum mendalami. Saya pun kembali
menggeleng-geleng kepala. Saya merasa cukup malu saat itu. Karena mereka adalah
orang-orang yang akan memimpin UI di 2015 nanti.
Pluralitas
masyarakat
Sesuai dengan
namanya, Universitas Indonesia memang benar-benar plural. Anda bisa kapan saja
menemukan orang dengan beragam golongan dan latar belakang. Seoarang lesbian,
gay, bisexual, atau transsexual bisa saja dengan terbuka memperkenalkan diri
mereka kepada khalayak. Seorang tak beragama atau tak bertuhan sekalipun bisa
saja dengan lantang mengkritik orang-orang yang beragama. Bahkan anda bisa saja
menemukan mobil-mobil mewah keluaran terbaru yang berjalan di antara
motor-motor butut. Ya, sekali lagi inilah Universitas Indonesia. Sebuah
miniatur yang saya rasa paling bisa menggambarkan pluralitas masyarakat
Indonesia ketimbang beberapa perguruan tinggi negeri lainnya yang mungkin masih
sangat erat dengan budaya local atau setidaknya punya kecendurangan kesamaan
yang lebih kuat. Oleh sebab itu, anda tidak bisa dengan mudah menjustifikasi
salah satu golongan benaar atau salah. Yang terpenting ketika anda meyakini
suatu kebenaran maka lakukanlah, tanamkanlah dengan cara-cara yang tepat
sehingga apa yang anda yakini dan keyakinan orang lain tidak saling menyalahkan
dan menimbulkan perpecahan.
Keorganisasian
dan Isu seputar UI
Seharusnya
mungkin tema ini menjadi tema paling bisa dijawab lebih mudah oleh pasangan
tersebut. Secara, mereka adalah orang-orang organisasi yang sudah punya
reputasi di ruang lingkup mereka masing-masing. Namun pada kenyataannya tidak
demikian. Bahkan ketika pembahasan masalah koordinasi antara BEM dan Unit
Kegiatan Olahraga (UKOR) mereka mendapatkan kritik keras dari salah satu
penggagas kegiatan yang ternyata ingin mereka ubah dengan alasan yang kurang
bisa diterima. Bahkan isu umum seputar UI seperti hadirnya akan hadirnya
Fakultas Ilmu Administrasi saja mereka tidak tahu. Lantas saya semakin bingung,
apa yang sebenarnya mereka tahu dan dalami? Semudah itukah menjadi kadep
kastrat BEM UI? Semudah itukah menjadi Ketua BEM FMIPA? Mungkin ini pertanyaan
retoris.
Mungkin demikian
jika anda sebagai Cakabem atau Cawakabem yang hendak eksplorasi di FISIP.
Inilah kami anak-anak FISIP. Apa yang kalian bicarakan pada eksplorasi adalah
obrolan kami sehari-hari. Maka jangan heran ketika pertanyaan-pertanyaan kritis
menghujam anda. Sebab kami diajarkan untuk berbicara dengan manusia. Kami
mungkin tidak bisa menghitung secara cepat, IQ kami mungkin tidak setinggi
mereka yang sangat jauh tenggelam dalam dunia eksak. Tapi kami di sini punya
basis pemikiran. Dan masyarakat adalah laboratorium kami. Sebuah refleksi yang
juga cukup menohok kami. Dan sudah sepatutnya kami yang ada disini pun sadar
diri bahwa kami harus lebih banyak member arti bagi bangsa ini. Mari lakukan!
Bukankah kita sama-sama berjaket kuning? Mau dibawa kemana buku, pesta, dan
cinta kita tanpa kita banyak berbuat untuk masyarakat kita.
(LAKON
HIDUP)
Tidak ada komentar
Posting Komentar