Minggu, 06 Juli 2014

Masjid:Sumber Kehidupan dan Pusat Peradaban




Tak terasa sudah sekian belas tahun saya merasakan Bulan Ramadhan. Setiap tahunnya tentu memiliki suasana yang berbeda walaupun secara umum keramaian dan kemeriahan Bulan Ramadhan tetaplah sama. Masih tetap ramai dengan beragam aktivitas dan juga berbagai macam tradisi masyrakat seperti makanan-makanan khas, buka puasa bersama, mudik, atau pun malam takbiran. Akan tetapi di antara itu semua, saya mencoba mengungkapkan pandangan saya tentang sesuatu yang sangat vital namun selama ini kerap kali luput dari perhatian masyarakat, yaitu fenomena keberadaan masjid di masyarakat.
Sudah menjadi rahasia umum bahwasanya dalam kurun waktu setahun masjid-masjid kita seakan-akan mengalami pasang surut pengunjung. Saya rasa setiap kita mengerti fenomena tersebut. Masjid-masjid kita akan ramai oleh jamaah pada saat-saat tertentu, dan kemudian kembali sepi atau normalnya masih ada beberapa jamaah yang beribadah setiap harinya. Padahal masjid merupakan sebuah tempat yang menjadi sumber kehidupan dan pusat peradaban.
Agaknya kata-kata saya di atas terkesan terlalu berlebihan, namun percayalah bahwa itu benar. Mengapa saya mengeluarkan pernyataan di atas, sebab kalau kita telisik lebih jauh Rasulullah SAW saat pertama kali hijrah ke Madinah menjadikan masjid sebagai prioritas utama dalam pergerakan beliau. Hal pertama yang beliau lakukan adalah membangun masjid. Hal ini seakan membuktikan bahwa masjid memiliki peranan yang sangat penting dalam perjuangan dakwah Rasulullah SAW.
Apakah masjid hanya difungsikan sebagai tempat ibadah yang monumental ? Sebuah pandangan yang terlalu naïf jika kita sebut demikian. Dibalik itu semua,masjid memiliki peranan yang begitu besar dalam kehidupan kita. Pernahkah anda melihat masjid difungsikan sebagai pusat-pusat pendidikan, seperti TPA/Taman Bermain? Pernahkah anda melihat masjid difungsikan sebagai tempat akad nikah atau bahkan walimah? Atau yang lebih sederhana lagi, pernahkah anda pergi ke masjid hanya sekedar untuk mengambil air atau sekedar buang air kecil?
Pertanyaan-pertanyaan di atas seharusnya cukup menyadarkan kita tentang fungsi vital masjid yang terkedang luput dari perhatian masyarakat. Seolah-olah masjid hanya difungsikan sebagai tempat untuk ibadah-ibadah mahdhah, padahal di balik itu semua masjid memiliki peranan yang lebih besar.
Seakan-akan membangkitkan saya untuk berpikir kritis tentang fenomena yang terjadi di sekitar saya. Di lingkungan tempat saya tinggal terdapat banyak masjid atau musala, namun seperti rahasia umum yang saya gambarkan di atas sebelumnya, masjid atau musala itu mengalami pasang surut dan kemakmurannya. Saya menggunakan indikator paling dasar dan sederhana dalam salah satu criteria kemakmuran masjid. Biasanya, saya salat subuh di masjid/musala itu hanya berisi 3-5 orang, bahkan musala dekat rumah saya sering tidak menggelar salat subuh berjamaah ataupun salat-salat lainnya. Akan tetapi betapa kagetnya saya ketika melihat penuhnya jamaah saat salat subuh  hari pertama di bulan Ramadhan. Alhamdulillah, mudah-mudahan bisa istiqomah.

Saya selama enam tahun mengenyam pendidikan pondok pesantren atau paling tidak bisa kita sebut Islamic Boarding School. Sudah sewajarnya di sekolah saya tersebut kemakmuran masjid/musala terjamin. Alhamdulillah tak pernah sepi dari aktivitas ibadah setiap harinya. Semua siswa/santri seakan berlomba-lomba untuk meraih pahala, menjadi yang terdepan dalam shaf dan menjadi yang paling pertama untuk tiba di masjid/musala. Semangat yang sangat luar biasa.

Akan tetapi kenyataan yang berlawanan saya dapatkan saat saya kembali ke masyarakat tempat saya tinggal. Jangankan kegiatan atau aktivitas ibadah yang sangat hidup, memiliki imam dengan fasohat atau tajwid yang benar-benar tepat saja sulit. Kenyataan ini seolah membangkitkan semangat saya untuk sama-sama mengajak kita semua untuk membuat sebuah gerakan perubahan. Kita harus menuntut ilmu yang tidak hanya terbatas oleh keilmuan duniawi, tetapi juga melengkapi keilmuan kita dengan keilmuan agama dengan tujuan ukhrawi. Sebab, kalau bukan kita kaum muda, siapa lagi? Waktu terus bergulir dan masa akan berganti. Yang tua akan digantikan oleh kita yang muda dan juga segera menua. Kitalah yang akan mewariskan sumber kehidupan dan pusat peradaban ini. Bismillah!


(Lakon Hidup)            Edisi Ramadhan


Tidak ada komentar

Posting Komentar

© 2025 BUKAMATA
Maira Gall