Tak terasa sudah
sekian belas tahun saya merasakan Bulan Ramadhan. Setiap tahunnya tentu
memiliki suasana yang berbeda walaupun secara umum keramaian dan kemeriahan
Bulan Ramadhan tetaplah sama. Masih tetap ramai dengan beragam aktivitas dan
juga berbagai macam tradisi masyrakat seperti makanan-makanan khas, buka puasa
bersama, mudik, atau pun malam takbiran. Akan tetapi di antara itu semua, saya
mencoba mengungkapkan pandangan saya tentang sesuatu yang sangat vital namun
selama ini kerap kali luput dari perhatian masyarakat, yaitu fenomena
keberadaan masjid di masyarakat.
Sudah menjadi
rahasia umum bahwasanya dalam kurun waktu setahun masjid-masjid kita seakan-akan
mengalami pasang surut pengunjung. Saya rasa setiap kita mengerti fenomena
tersebut. Masjid-masjid kita akan ramai oleh jamaah pada saat-saat tertentu,
dan kemudian kembali sepi atau normalnya masih ada beberapa jamaah yang
beribadah setiap harinya. Padahal masjid merupakan sebuah tempat yang menjadi
sumber kehidupan dan pusat peradaban.
Agaknya
kata-kata saya di atas terkesan terlalu berlebihan, namun percayalah bahwa itu
benar. Mengapa saya mengeluarkan pernyataan di atas, sebab kalau kita telisik
lebih jauh Rasulullah SAW saat pertama kali hijrah ke Madinah menjadikan masjid
sebagai prioritas utama dalam pergerakan beliau. Hal pertama yang beliau
lakukan adalah membangun masjid. Hal ini seakan membuktikan bahwa masjid
memiliki peranan yang sangat penting dalam perjuangan dakwah Rasulullah SAW.
Apakah masjid
hanya difungsikan sebagai tempat ibadah yang monumental ? Sebuah pandangan yang
terlalu naïf jika kita sebut demikian. Dibalik itu semua,masjid memiliki
peranan yang begitu besar dalam kehidupan kita. Pernahkah anda melihat masjid
difungsikan sebagai pusat-pusat pendidikan, seperti TPA/Taman Bermain?
Pernahkah anda melihat masjid difungsikan sebagai tempat akad nikah atau bahkan
walimah? Atau yang lebih sederhana lagi, pernahkah anda pergi ke masjid hanya
sekedar untuk mengambil air atau sekedar buang air kecil?
Pertanyaan-pertanyaan
di atas seharusnya cukup menyadarkan kita tentang fungsi vital masjid yang
terkedang luput dari perhatian masyarakat. Seolah-olah masjid hanya difungsikan
sebagai tempat untuk ibadah-ibadah mahdhah, padahal di balik itu semua masjid
memiliki peranan yang lebih besar.
Seakan-akan
membangkitkan saya untuk berpikir kritis tentang fenomena yang terjadi di
sekitar saya. Di lingkungan tempat saya tinggal terdapat banyak masjid atau
musala, namun seperti rahasia umum yang saya gambarkan di atas sebelumnya,
masjid atau musala itu mengalami pasang surut dan kemakmurannya. Saya
menggunakan indikator paling dasar dan sederhana dalam salah satu criteria kemakmuran
masjid. Biasanya, saya salat subuh di masjid/musala itu hanya berisi 3-5 orang,
bahkan musala dekat rumah saya sering tidak menggelar salat subuh berjamaah
ataupun salat-salat lainnya. Akan tetapi betapa kagetnya saya ketika melihat
penuhnya jamaah saat salat subuh hari
pertama di bulan Ramadhan. Alhamdulillah, mudah-mudahan bisa istiqomah.
Saya selama enam
tahun mengenyam pendidikan pondok pesantren atau paling tidak bisa kita sebut Islamic
Boarding School. Sudah sewajarnya di sekolah saya tersebut kemakmuran
masjid/musala terjamin. Alhamdulillah tak pernah sepi dari aktivitas ibadah
setiap harinya. Semua siswa/santri seakan berlomba-lomba untuk meraih pahala, menjadi
yang terdepan dalam shaf dan menjadi yang paling pertama untuk tiba di
masjid/musala. Semangat yang sangat luar biasa.
Akan tetapi
kenyataan yang berlawanan saya dapatkan saat saya kembali ke masyarakat tempat
saya tinggal. Jangankan kegiatan atau aktivitas ibadah yang sangat hidup,
memiliki imam dengan fasohat atau tajwid yang benar-benar tepat saja sulit.
Kenyataan ini seolah membangkitkan semangat saya untuk sama-sama mengajak kita
semua untuk membuat sebuah gerakan perubahan. Kita harus menuntut ilmu yang
tidak hanya terbatas oleh keilmuan duniawi, tetapi juga melengkapi keilmuan
kita dengan keilmuan agama dengan tujuan ukhrawi. Sebab, kalau bukan kita kaum
muda, siapa lagi? Waktu terus bergulir dan masa akan berganti. Yang tua akan
digantikan oleh kita yang muda dan juga segera menua. Kitalah yang akan mewariskan
sumber kehidupan dan pusat peradaban ini. Bismillah!
(Lakon
Hidup)
Edisi Ramadhan
Tidak ada komentar
Posting Komentar