Aku mulai resah.Aku teringat pada hari itu kala perpisahan yang menyedihkan antara aku dan dia.Telah banyak yang kami lalui berdua semenjak awal pertemuan yang sama sekali tidak kami duga.Sebagai gadis desa yang lugu, Dewi masih terlihat sangat canggung hidup di kota besar yang tak pernah henti dari hingar bingar.Jakarta.
Bermula di kantin kampus itulah awal pertemuan itu.Kala itu, tanpa kulihat sebelumnya Dewi sedang merapihkan kerudung putihnya.Aku pun kala itu berjalan dengan gerakan yang kurang menentu karena aku masih dalam kondisi tertawa melihat kekonyolan canda temanku.Tanpa kusadari tiba-tiba aku menabraknya.Inilah awal datangnya romansa antara aku dan dia.
“Aduuh…Sorry ya!!!Aku lagi meleng.”
“Ga papa kok ka.Emang Dewi nya aja yang salah.Soalnya dewi ngalangin jalan.”
“Ga gtu lagi.akunya aja yang ga bener jalannya.Harusnya aku jalan lebih hati-hati.”
“Ya udah atuuh.Yang penting mah kan ga ada yang sampe luka.”
Mengakhiri pembicaraan itu, aku dan Dewi berjalan bersama menyisiri keramaian kampus dan kami saling bercerita tentang diri kami.Mulai dari pendekatan inilah hubugan antara aku dan dia semakin erat tercipta.
Seminggu waktu berlalu.Dengan modal pengalaman yang lebih dari Dewi dalam dunia perkuliahan, aku mulai menunjukkan rasa simpatik dan perhatianku kepada Dewi.Aku membimbingnya, mengajarinya, hingga menemaninya mencari bahan yang ia butuhkan untuk melaksanakan tugas kampusnya.
Di suatu sore ketika aku mengantarnya pulang dengan sepeda motorku Dewi bertanya.
”Kak, aku bingung.kok kakak selama ini mau sih nemenin aku, bantuin aku, ngajarin aku, padahal kita kan baru seminggu kenal.”
Dengan lembut kujawab, ”lho knapa?Buatku bukan masalah baru kenal atau dah lama.Tapi yang penting, aku bisa ngerasa nyaman dengan orang yang aku kenal itu.”
”Tapi ka, aku bingung.Aku ngerasa ga pantes deh gaul sama kakak.Apa lagi pas ngeliat bokapnya kakak yang ngasih materi di seminar kemaren.Pokoknya aku ngerasa ga pantes deh gaul sama kakak.”
”Udah lah wi, yang penting kita sekarang berdua nyaman berteman dan ga yang ngelarang.Aku ngerasa cocok-cocok aja.”
Saat itu aku masih belum berani untuk mengungkapkan isi hatiku yang sesungguhnya.Aku masih harus berpikir ganda untuk mencari celah dan momen yang tepat agar aku tidak menuai kegagalan yang malah merusak hubungan antara aku dan dia.Aku pun tak mau gegabah.Kutahu, ia bukanlah gadis sembarangan layaknya gadis-gadis kota pada umumnya.Ia laksana emas yang disekam dalam peti.
Pikirankupun terus bergejolak.Lalu kucoba merencanakan sesuatu.Aku mencoba mengajaknya untuk menikmati suasana malam minggu yang kurasa belum pernah ia nikmati di kampungnya.
”Dew, malem minggu ini kita nonton yok!Kemaren kuliat ada film seru lho.”
“ Masa???Tapi…Aku masih belum berani kak.Apa kata orang nanti.Lagian aku juga belum dapet kiriman wesel.Nanti-nanti aja ya ka”
“Yaah… Dew…Sayang banget lho.Ini film bagus banget.Lagian kita ga usah peduliin apa kata orang.Yang penting kan kita ga macem-macem.Kita Cuma pengen hiburan kan?Masa sih kita mau ngelakuin yang macem-macem?Masalah bayaran sih urusan kecil.Asal kamu mau, semuanya tersedia deh.”
“Ta..tapi aku ga enak ka..”
”Aaalaahh...Slow aja..”
Rupanya sulit sekali untuk mengucapkan kata ”iya” dari dirinya.Setelah membujuk-bujuk beberapa lama saat, akhirnya kebersikerasannya dapat juga kutaklukkan.Ia pun menyerah dan berjanji memenuhi ajakanku.Di dalam hatiku, aku tersenyum senang karena aku belum pernah melakukan itu bersamnanya sebelumnya.Lalu khayalku kembali bermain dan siap untuk terbang.Aku kembali berpikir bagaimana caranya agar aku dapat menyatakan hal itu kepadanya.
Malam itu pun tiba.Aku bersiap dan merias tubuhku dengan stelan yang terbaik.Jas yang biasanya hanya aku keluarkan sekali dalam setahun, kali ini aku gunakan khusus untuknya.Sepatu buccheri hitam habis disemir sudah siap di depan pintu.Parfume sekelas kenzo langsung kusemprotkan ke sebagian tubuhku.Keperluan kendaraan pun tak ketinggalan.Setelah semua kelengkapan siap aku berangkat ke tempat kos-kosan tempat ia tinggal.Dengan penuh keyakinan aku tak mau gagal di kencan pertama ini.
Sesampainya di plaza, aku dan dia langsung menuju ke bioskop.kubeli tiket tempat duduk di nkasir sambil melihat-lihat informasi film.Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya kami berdua dipersilahkan masuk.Aku dan dia duduk di bangku pojok tiga anak tangga dari atas.Kemudian suasana menjadi hening kita lampu satu persatu mulai padam.Sementara itu, sinar projector mulai menerangi layar dan memutarkan film.
Film yang diputar saat itu adalah film yang bertajuk romantika remaja.Sengaja kuajak ia menyaksikan film itu kuharap ia bisa jatuh hati padaku dan kuharap pula iya akan menerima cintaku ketika aku mengungkapkan cinta padanya.Di tengah film yang terus bergerak diputar operator, sesekali pikiranku merajuk.pikiran liar pun datang.kucoba memegang tangannya.Lalu aku merasakan kelembutan kulitya yang halus.Ia tak bereaksi masih serius menyaksikan film itu.Lalu kuraba hingga mendekati dadanya.Lalu ia terdiam, menatapku seakan menegur perlakuanku.
”Sabar dulu!kita kan masih belum halal.”
”Maaf.tapi...tapi...aku sayang sama kamu.”
”Hmm...aku udah tau itu dari dulu.Dari semua sikap kaka ke aku aku udah bisa ngerti perasaan kaka ke aku gimana.”
”Trus, apa kamu mau nerima itu?”
”Iya....aku juga sayang sama kaka.tapi kuharap kakak mau nerima aku apa adanya.”
Waktu pun berlalu dengan cepat.Tak tersadar semenjak pertemuan pertamaku dengannya, aku mendapatkan banyak sekali pelajaran dari dirinya.Hingga saat ini aku masih teringat wajahnya yang cantik.kedua bola matanya yang indah berkilau, dan tutur katanya yang lemah gemulai seakan meyakinkanku bahwa ia lah yang akan menemani hari-hariku hingga nanti kumati.
Percintaan ini pun tak semudah cinta layaknya yang selalu kami harapkan.kami pun sering menghadapi rintangan yang tak pernah kami duga.Banyak pihak yang menekan percintaan kami yang terasa begitu indah.Inilah yang harus kuhadapi.Sebagai seorang laki-laki, aku harus bisa mengatasi ini semua.Terlebih lagi aku anak sulung di keluargaku.Akulah yang akan bertanggung jawab untuk adik-adikku dan istriku nantinya.Jika aku sendiripun tak dapat menyelesaikan masalahku, bagaimana anak dan istriku nantinya.Lalu bagaimana dengan adik-adikku.
Di tengah indahnya percintaan kami, ternyata kami menghadapi cobaan ketika aku mengantarkan Dewi pulang.Tiba-tiba datang seorang wanita paruh baya dengan menggunakan daster yang menutupi tubuhnya.
”Mas, kalo bawa perempuan jangan sampe malam larut gini dong.!”
”Aduh...iya maaf bu, soalnya tadi kita lama di tempat foto kopinya.Soalnya mesin fotoko pinya tadi rusak.”
”Ya tapi mas tau adab dong!Apa kata orang yang ngeliat mas berduaan pulang malem-malem gini.kalo masyarakat berpikir yang nggak-nggak gimana?nanti yang kena imbasnya kan saya.Nanti masyarakat kira, tempat kos-kosan saya tempat mesum lagi.”
Aku hanya diam.Dengan perasaan yang risau dan tubuhku yang lelah, kunyalakan sepeda motorku dan segera berlalu.
Aku pun kembali mengingat sikap mama yang kurang menerima kehadiran Dewi.Ketika ia kubawa untuk sekedar mengenal keluargaku lebih dekat, mama hanya diam dan sesekali menyapa tanpa menggubris kehadiran Dewi.Saat itu aku langsung berpikir negatif.Aku merasa tidak enak dengan apa yang Dewi rasakan.Wajah Dewi hanya terdiam kaku, mungkin karena takut dengan dan khawatir dengan perlakuan mama.Lalu aku coba untuk menjelaskan tentang kondisi malam itu padanya agar ia tak terlampau jauh sakit hati.
”Sorry ya, mungkin mama lagi ga mood ketemu sama orang hari ini.”
”Ga papa kak.Buatku itu hal yang biasa.”
Kembali kuingat peristiwa perdebatanku dengan mama ketika mama memulai pembicaraan masalah jodohku.
”Usia kamu kan sekarang sudah matang, kapan kamu mau nikah?”
”Ya..Mungkin setelah lulus kuliah nanti ma.”
”Apa kamu udah punya pilihan yang tepat?”
”Udah sih.”
”Siapa?Kamu belum pernah kenalin ke mama?”
”Lho..Yang tempo hari hari aku bawa kemari itu.”
”Ha...Anak kampungan itu?Kamu serius?Yang bener aja?Mau ditaruh mana muka mama.”
”Tapi, dia perempuan yang bagus akhlaknya.Dia juga bukan orang ga berpendidikan ma.Dia bukan perempuan sembarangan mah.Lagian, dari sekian banyak perempuan yang pernah pacaran sama aku, ternyata mereka Cuma ingin ketampanan aku dan harta benda.”
”Apa kamu yakin dengan pilihan itu?Zaman sekarang banyak orang munafik berjilbab?”
”Aku sangat yakin.Aku selalu liat dari kesehariannya.Dan aku yakin, dia ga akan buat mama kecewa”
Peredebtan ini pun kuakhiri.Aku meninggalkan ruang keluarga lalu masuk ke kamar.Entah mengapa semenjak saat itu aku terus diliputi oleh rasa penuh bimbang.
Beberapa hari kemudian, pak pos dating membawa surat yang tertulis untuk.Sepucuk surat yang bertuliskan SIP: Dewi Anggraini.Lalu kubuka surat itu denagn perlahan.Kuperhatikan tulisan itu satu persatu.
Ka, udah banyak yang kita lalui semenjak pertemuan perkenalan pertama kita itu.Sebuah pertemuan yang membawa kita sampai pada keadaan ini.Kaka yang selalu yang selalu perhatian sama aku, menjaga aku, dan membimbing aku.Buatku , itu sangat berarti dan ga akan aku lupakan.Terlalu banyak kenangan manis yang kita jalani berdua.Kenangan sedih, duka, kita hadapi berdua dengan ringan tangan .Tapi, ga akan ada lagi kenangan manis eperti itu.Itu semua akan berakhir karena aku harus pergi meninggalkan kota ini.Adik-adikku di kampung tak ada yang mengurus.Sementara siap yang akan memenuhi kebutuhan sehari-hari kami.Semenjak bapak meninggal, ibu bekerja keras banting tulang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kami.Inilah kesempatanku untuk berbakti pada ibu..Ka, bacalah puisi ini.
Mimpi yang tertunda
Makna hati mendalam rintih
Mendamba harum mawar nan putih
Sekejap hilang mata berpandang
Di balik erangnya tabir penghalang
Berdua indah merangkai mimpi
Di kobarnya cinta nan berapi
Sekejap tertegun air mata mengalir
Kutinggalkan cinta nan indah terukir
Pagi terbayang malam terlelap
Terlelap mesra geliat mimpi
Tak mampu lidah bibir mengucap
Harus kutunda panjangnya mimpi
Pupuskanlah air mata
Pijaklah bumi tuk gapi langit
Buihkan hati tegarnya cinta
Rela mendalam cinta nan terbelit
Tutuplah rapat kedua telinga
Butakanlah kedua bola mata
Agar tak kulihat dan kudengar
Nada sumbang riuh nan bingar
Kurela hati melepas cinta yang tertanam dalam
Meskipun berat dan tak terhapuskan
Dihempas ombak tersapu badai
Gelombang cinta nan indah terbuai
Tak sadarkah diri mereka bercermin
Lupakah mereka dosa dan hina
Perjalanan kita menuju dunia lain
Tuk melanjutkan mimpi nan tertunda
Aku pun menangis.Entah apa yang harus kulakukan.Aku merasa bagai mengambang antara dunia dan akhirat.Cinta yang selama ini kuantikan, akan segera berakhir di hadapanku sendiri.Aku merasa tak bisa berbuat apa-apa lagi.Lidah ini tak bersuara kecuali hanya isak tangis.
Segera aku bangkit dan membawa gitar kesayanganku sebagai tanda perpisahan hari ini akan kudawaikan gitarku untuknya.Aku pun bergegas menuju kos-kosan tempatnya tinggal.Ternyata, nihil kudapat.Seorang teman kosnya berkata bahwa ia sekarang berada di stasiun.Aku pun segera pergi menyusulnya.
Di stasiun, kutemui ia sedang duduk di peron.Kuhampiri dirinya.Kupeluk, lalu kucium keningnya di balik air matakun yang tak hentinya mengalir.Di dalam hangatnya pelukan aku berkata padanya.
“Aku ga akan pernah lupain kamu.Kamu wanita terbaik yang pernah ku kenal.”
“Aku juga ga akan lupain kamu.Cinta ini masih bersemi di hatiku meski kita udah ga bersama.”
Lalu kubelai wajahnya dan kupegang tangannya.Ia memintaku untuk menynyikan lagu perpisahan antara aku dan dirinya.Permintaan itu pun kuturuti.Lalu kudawaikan melodi perpisahan di balik suara lirihku.
Tidak ada komentar
Posting Komentar