Kegiatan tim-tim
sepakbola di penghujung tahun memanglah beragam. Ada tim yang sedang
merekonstruksi skuadnya, menikmati liburan akhir tahun, mengikuti kompetisi-kompetisi
pendek atau sekedar melakukan laga uji coba. Hal ini ditujukan untuk mengisi waktu liburan
yang cukup panjang bagi klub-klub yang mengikuti kompetisi IPL atau pun ISL.
Salah satu
kompetisi singkat yang digelar ialah Trofeo Persija. Kompetisi ini merupakan
kompetisi yang diadakan oleh Persija Jakarta sebagai tuan rumah yang ditujukan
sebagai sebuah ajang pemanasan bagi Persija Jakarta secara khususnya dan bagi
tim-tim peserta lainnya pada umumnya. Kabarnya kompetisi mengadopsi sistem
trofeo Serie-A, meskipun pada kenyataannya tidak demikian pula. Pada tahun ini
kompetisi ini diselenggarakan pada tanggal 29-30 Desember 2013 yang diikuti
oleh empat tim yaitu Persija Jakarta, Arema Malang, PDRM(Malaysia), dan Thai
ARMY(Thailand).
Kompetisi ini
dimulai pada tanggal 29 Desember 2013 yang dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta
yaitu Joko Widodo. Sebagai pertandingan pembuka, digelarlah laga antara Arema
Malang VS Thai ARMY(Thailand) yang digelar pada pukul 15.30 WIB. Selanjutnya,
petandingan dilanjutkan dengan laga antara Persija Jakarta VS PDRM(Malaysia).
Saya turut hadir
pada hari pertama perhelatan Trofeo Persija ini. Saya berangkat dari Depok
bersama salah seorang teman dekat saya, Alif namanya. Kami bertemu di stasiun
Depok Baru dan kemudian naik kereta menuju Stasiun Palmerah. Dari stasiun Depok
baru kami sudah melihat banyak orang-orang yang menggunakan atribut The Jak
Mania dengan warna oranye sebagai kebanggan. Di Stasiun Tanah Abang kami
transit untuk berganti kereta lalu melanjutkan perjalanan sampai turu di stasiun Palmerah. Dari stasiun Palmerah
kami berjalan kaki menuju SUGBK. Di sepanjang jalan orang-orang berbaju oren
sudah berlalu –lalang. Ada yang menggunakan sepeda motor, bus, mobil, dan ada
pula yang berjalan kaki seperti kami.
Memasuki kawasan
Gelora Bung Karno, kami berhenti di Hall basket. Tempat ini merupakan tempat berkumpul
dan beristirahat sejenak sebelum memasuki stadion. Di tempat ini pula kami
membeli tiket masuk. Dan tentu saja kami membeli tiket yang paling murah
seharga Rp. 40.000 meskipun tidak
semurah yang memiliki KTA dengan membayar Rp. 35.000 karena kami tidak punya
KTA yang mendapat potongan Rp. 5.000. Dari sini kami bergabung dengan The Jak
Depok yang sudah berombongan menggunakan bus. Dan di sana, saya juga dikenalkan
teman baru oleh Alif yang ternyata juga anak The Jak, panggil saja Ambon.
Alhasil dari sana kami menonton bersama.
Saat sedang
menunggu rombongan untk berangkat, satu persatu The Jakmania dari berbagai
daerah berdatangan. Ada yang dari Cirebon, Cikarang, ataupun daerah-daerah di
JABODETABEK. Salah satu yang paling menarik perhatian saya adalah kedatangan
The Jakmania korwil Kemayoran (Biang Kerok). Mengapa demikian? Sebab kedatangan
mereka sangatlah ramai dan menyita perhatian setiap orang yang ada disana. Dan
yang paling menarik adalah seperti ada perlakuan khusus untuk golongan ini.
Diantara para pengendara motor tidak ada yang membayar karcis masuk, tinggal
bilang “Kemayoran nih Kemayoran!”. Asik juga kalo semuanya bisa
gini ya…
Lalu sekitar pukul 17.30 WIB kami mulai bergerak
memasuki stadion. Di sekitar stadion, puluhan ribu The Jakmania sudah berlalu
lalang masuk menuju stadion. Kami pun sempat terhambat sebab aat hendak
memasuki pintu sempat terjadi insiden kehilangan tiket yang ternyata ada di
saku. Saat hendak memasuki stadion berkali-kali kami pindah sebab katanya di
dalam tribun sudah penuh dan kami diarahkan untuk pindah ke tribun lain. Pintu
masuk stadion pun dikawal aparat, dan sebelum masuk tentunya ada pemeriksaan
barang bawaan. Bahkan, air minum yang kami bawa pun harus dihabiskan.
Sepanjang pertandingan,
tak henti-henti The Jakmania meneriakkan yel-yel dan menyanyikan lagu-lagu
kebanggaan. Beragam ekspresi, kata-kata, dan teriakan histeris selalu terdengar
sepanjang pertandingan. Dan diantaranya yang paling menarik adalah saat gerakan
ombak yang mengitari stadion. Dari sektor ke sektor gerakan tersebut berpindah
dan sangat menarik untuk dilihat. Teriakan pun semakin terdengar saat Persija
memasukkan bola ke gawang lawan. Pertandingan pun berakhir dengan skor 2-1
untuk Persija. Dan keesokan harinya Persija akan berhadapan dengan Thai
ARMY(Thailand).
Setelah wasit
meniup peluit panjang tanda pertandingan usai, ada insiden yang kurang
menyenangkan. Tepat di tribun dimana kami berada terjadi insiden kerusuhan.
Entah darimana mulanya, tiba-tiba banyak polisi yang masuk ke dalam stadion.
Memang pada saat pertandingan usai banyak sekali flare dan petasan yang
dinyalakan. Lalu umpatan-umpatan pun terdengar diantara penonton.
Lemparan-lemparan botol pun turut meramaikan. Dan diantara yang paling
mengesankan adalah tepat di belakang kami seorang penonton ketahuan melempar
botol oleh aparat yang tidak ia sadari berada di belakangnya. Beberapa petugas
pun langsung memukulnya dengan tongkat kayu dan beberapa orang pun coba
menolongnya. Namun naas, ia tetap digelandang oleh aparat.
Kami yang berada
di tribun yang sama hanya menyaksikan. Tetap tenang dan tidak terlihat panik.
Sebab jika terlihat panik justru lebih berbahaya karena bisa dianggap termasuk
sebagai provokator dan massa yang rusuh. Akhirnya, salah seorang petugas
menyuruh kami untuk keluar dan meninggalkan stadion. Setelah keluar stadion,
iseng-iseng mampir untuk mencari souvenir di lapak-lapak yang ada. Harga cocok,
barang kami ambil. Untuk urusan begini, jangan ragu-ragun untuk banting harga. Apalagi
untuk berbelanja di malam hari yang bisa dibilang udah cuci gudang.
Tidak ada komentar
Posting Komentar