Senin, 30 Desember 2013

Trofeo Persija 2013-Sekedar Catatan




Kegiatan tim-tim sepakbola di penghujung tahun memanglah beragam. Ada tim yang sedang merekonstruksi skuadnya, menikmati liburan akhir tahun, mengikuti kompetisi-kompetisi pendek atau sekedar melakukan laga uji coba.  Hal ini ditujukan untuk mengisi waktu liburan yang cukup panjang bagi klub-klub yang mengikuti kompetisi IPL atau pun ISL.

Salah satu kompetisi singkat yang digelar ialah Trofeo Persija. Kompetisi ini merupakan kompetisi yang diadakan oleh Persija Jakarta sebagai tuan rumah yang ditujukan sebagai sebuah ajang pemanasan bagi Persija Jakarta secara khususnya dan bagi tim-tim peserta lainnya pada umumnya. Kabarnya kompetisi mengadopsi sistem trofeo Serie-A, meskipun pada kenyataannya tidak demikian pula. Pada tahun ini kompetisi ini diselenggarakan pada tanggal 29-30 Desember 2013 yang diikuti oleh empat tim yaitu Persija Jakarta, Arema Malang, PDRM(Malaysia), dan Thai ARMY(Thailand).

Kompetisi ini dimulai pada tanggal 29 Desember 2013 yang dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta yaitu Joko Widodo. Sebagai pertandingan pembuka, digelarlah laga antara Arema Malang VS Thai ARMY(Thailand) yang digelar pada pukul 15.30 WIB. Selanjutnya, petandingan dilanjutkan dengan laga antara Persija Jakarta VS PDRM(Malaysia).

Saya turut hadir pada hari pertama perhelatan Trofeo Persija ini. Saya berangkat dari Depok bersama salah seorang teman dekat saya, Alif namanya. Kami bertemu di stasiun Depok Baru dan kemudian naik kereta menuju Stasiun Palmerah. Dari stasiun Depok baru kami sudah melihat banyak orang-orang yang menggunakan atribut The Jak Mania dengan warna oranye sebagai kebanggan. Di Stasiun Tanah Abang kami transit untuk berganti kereta lalu melanjutkan perjalanan sampai turu  di stasiun Palmerah. Dari stasiun Palmerah kami berjalan kaki menuju SUGBK. Di sepanjang jalan orang-orang berbaju oren sudah berlalu –lalang. Ada yang menggunakan sepeda motor, bus, mobil, dan ada pula yang berjalan kaki seperti kami.

Memasuki kawasan Gelora Bung Karno, kami berhenti di Hall basket. Tempat ini merupakan tempat berkumpul dan beristirahat sejenak sebelum memasuki stadion. Di tempat ini pula kami membeli tiket masuk. Dan tentu saja kami membeli tiket yang paling murah seharga Rp. 40.000  meskipun tidak semurah yang memiliki KTA dengan membayar Rp. 35.000 karena kami tidak punya KTA yang mendapat potongan Rp. 5.000. Dari sini kami bergabung dengan The Jak Depok yang sudah berombongan menggunakan bus. Dan di sana, saya juga dikenalkan teman baru oleh Alif yang ternyata juga anak The Jak, panggil saja Ambon. Alhasil dari sana kami menonton bersama.

Saat sedang menunggu rombongan untk berangkat, satu persatu The Jakmania dari berbagai daerah berdatangan. Ada yang dari Cirebon, Cikarang, ataupun daerah-daerah di JABODETABEK. Salah satu yang paling menarik perhatian saya adalah kedatangan The Jakmania korwil Kemayoran (Biang Kerok). Mengapa demikian? Sebab kedatangan mereka sangatlah ramai dan menyita perhatian setiap orang yang ada disana. Dan yang paling menarik adalah seperti ada perlakuan khusus untuk golongan ini. Diantara para pengendara motor tidak ada yang membayar karcis masuk, tinggal bilang “Kemayoran nih Kemayoran!”. Asik juga kalo semuanya bisa gini ya…

Lalu  sekitar pukul 17.30 WIB kami mulai bergerak memasuki stadion. Di sekitar stadion, puluhan ribu The Jakmania sudah berlalu lalang masuk menuju stadion. Kami pun sempat terhambat sebab aat hendak memasuki pintu sempat terjadi insiden kehilangan tiket yang ternyata ada di saku. Saat hendak memasuki stadion berkali-kali kami pindah sebab katanya di dalam tribun sudah penuh dan kami diarahkan untuk pindah ke tribun lain. Pintu masuk stadion pun dikawal aparat, dan sebelum masuk tentunya ada pemeriksaan barang bawaan. Bahkan, air minum yang kami bawa pun harus dihabiskan.

Sepanjang pertandingan, tak henti-henti The Jakmania meneriakkan yel-yel dan menyanyikan lagu-lagu kebanggaan. Beragam ekspresi, kata-kata, dan teriakan histeris selalu terdengar sepanjang pertandingan. Dan diantaranya yang paling menarik adalah saat gerakan ombak yang mengitari stadion. Dari sektor ke sektor gerakan tersebut berpindah dan sangat menarik untuk dilihat. Teriakan pun semakin terdengar saat Persija memasukkan bola ke gawang lawan. Pertandingan pun berakhir dengan skor 2-1 untuk Persija. Dan keesokan harinya Persija akan berhadapan dengan Thai ARMY(Thailand).
Setelah wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan usai, ada insiden yang kurang menyenangkan. Tepat di tribun dimana kami berada terjadi insiden kerusuhan. Entah darimana mulanya, tiba-tiba banyak polisi yang masuk ke dalam stadion. Memang pada saat pertandingan usai banyak sekali flare dan petasan yang dinyalakan. Lalu umpatan-umpatan pun terdengar diantara penonton. Lemparan-lemparan botol pun turut meramaikan. Dan diantara yang paling mengesankan adalah tepat di belakang kami seorang penonton ketahuan melempar botol oleh aparat yang tidak ia sadari berada di belakangnya. Beberapa petugas pun langsung memukulnya dengan tongkat kayu dan beberapa orang pun coba menolongnya. Namun naas, ia tetap digelandang oleh aparat.
Kami yang berada di tribun yang sama hanya menyaksikan. Tetap tenang dan tidak terlihat panik. Sebab jika terlihat panik justru lebih berbahaya karena bisa dianggap termasuk sebagai provokator dan massa yang rusuh. Akhirnya, salah seorang petugas menyuruh kami untuk keluar dan meninggalkan stadion. Setelah keluar stadion, iseng-iseng mampir untuk mencari souvenir di lapak-lapak yang ada. Harga cocok, barang kami ambil. Untuk urusan begini, jangan ragu-ragun untuk banting harga. Apalagi untuk berbelanja di malam hari yang bisa dibilang udah cuci gudang.

         Malam itu kami pulang dengan kereta Commuterline. Dari stadion menuju stasiun Palmerah yang jelas kami jalan kaki. Setelah menunggu lama kereta terakhir ini akhirnya kami sampai di stasiun Tanah Abang. Dari stasiun Tanah Abang kami juga naik kereta terakhir yang kearah Bogor .


Tidak ada komentar

Posting Komentar

© 2025 BUKAMATA
Maira Gall