Minggu, 12 Agustus 2012

"BERAWAL DARI SANDAL"



Pergerakan sosial adalah tindakan atau agitasi terencana yang dilakukan sekelompok masyarakat yang disertai program terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan lembaga masyarakat yang ada. Pergerakan sosial tentunya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang atau kelompok, sebab hal tersebut tak mungkin dapat terlaksana tanpa adanya sebuah komitmen untuk melakukannya. Sebagaimana yang telah kita ketahui, pemuda merupakan salah satu golongan yang dianggap memiliki komitmen yang kuat untuk mencapai sesuatu  yang menjadi cita-cita.
Pemuda merupakan golongan yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Sebab pemuda telah menunjukkan eksistensinya sebagai golongan yang dipandang memiliki pemikiran-pemikiran segar dalam melaksanakan sesuatu. Seperti menjalankan suatu roda kepemimpinan atau organisasi untuk mecapai suatu tujuan melalui visi dan misi tertentu. Pernyataan tersebut tentunya bukan hanya sekedar bualan, sebab telah banyak bukti yang mengindikasikan kuatnya integritas yang mereka miliki. Beberapa contoh yang dapat kita ambil ialah terjadinya peristiwa proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 dimana golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia.
            Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara. Organisasi ini didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh lima negara pemrakarsa, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Pada saat itu, kelima negara tersebut diwakilkan oleh menteri luar negeri dari masing-masing Negara, yaitu Adam Malik (Indonesia), Narsisco Ramos (Filippina), Tun Abdul Razak (Malaysia), S. Rajaratman (Singapura), dan Tanat Khoman (Thailand). Saat ini anggota ASEAN terdiri dari 10 negara.
            Sebagai sebuah wadah organisasi negara-negara yang terletak di Asia Tenggara, ASEAN tentunya memiliki program yang bertujuan untuk mewadahi pergerakan sosial masyarakat dan dalam konteks ini khususnya yang dilakukan pemuda. Sebab, integritas pemuda yang semakin menunjukkan eksistensinya dari berbagai aspek tentunya harus diberikan fasilitas dalam merealisasikan komitmen yang mereka miliki. Salah satu aspek yang menjadi objek pergerakan sosial ialah lingkungan. Lingkungan merupakan tempat dimana kita tinggal dan tempat dimana kita hidup. Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang memengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.2
            Berawal dari lingkungan yang menjadi objek pergerakan social yang hendak kami lakukan, kami mengangkat sebuah judul “Sandal Goes Out” sebagai bukti kongkrit yang dapat kami lakukan untuk merealisasikan pergerakan sosial yang dilakukan oleh pemuda. Hal tersebut tentunya terkesan sederhana, akan tetapi dari hal yang sederhana itulah kami merealisasikan pergerakan sosial yang mungkin apabila dapat terlaksana dapat berdampak cukup besar bagi perspektif kita terhadap lingkungan.
           
Dewasa ini, perihal penataan alas kaki menjadi sebuah masalah yang terkadang  diabaikan. Alas kaki yang tergeletak berantakan menjadi pemandangan biasa yang tak luput dari pandangan kita setiap harinya, baik di depan pintu di beberapa tempat umum yang mengharuskan para pengunjungnya melepaskan alas kaki mereka dimana pada tempat tersebut tidak ada jasa penitipan  sandal atau alas kaki maupun di depan pintu rumah . Ketidaktertiban dalam penataan alas kaki tersebut tentu saja menimbulkan dampak buruk yang tidak sedikit. Selain mengganggu kenyamanan pandangan, hal tersebut juga mengurangi efisiensi tempat untuk meletakkan alas kaki, mengurangi efisiensi waktu karena apabila hal tersebut terjadi seseorang harus mencari-cari alas kakinya dan tentu saja memperbesar kemungkinan hilangnya sandal orang tersebut.
Di sisi lain, penataan alas kaki yang rapi telah dilakukan oleh banyak pihak yang kebanyakan dari mereka merupakan individu-individu yang belum membentuk suatu komunitas, sehingga pergerakan sosial  yang mereka lakukan belum terorganisir. Penataan sandal yang telah mereka lakukanpun tidak  berdampak besar dalam meningkatkan kerapian suatu tempat karena jumlahnya sangat sedikit bila dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memedulikan kerapian alas kakinya. Selain itu, sehubungan dengan belum adanya komunitas yang menampung individu-individu dengan kepedulian yang tentunya tidak dapat dipandang sebelah mata  tersebut, maka penataan alas kaki yang dilakukan oleh sebagian orang di antara mereka pun terkesan kurang efektif dan esensi akan wujud pergerakan social tersebut memiliki tingkat eksistensi dan konsistensi yang masih cukup rendah.
Sebagai bukti kongkrit akan efektifitas gerakan tersebut dapat kami ambil dari kehidupan nyata yang kami alami sehari-hari. Tinggal di lingkungan sekolah berasrama tentunya kami juga cukup sering menjalankan aktivitas di luar  Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah, seperti salat berjamaah di masjid, mengunjungi perpustakaan, atau kembali ke asrama. Pada aktivitas-aktivitas tersebut kami diharuskan untuk melepas sandal atau alas kaki yang kami kenakan. Oleh sebab itu, jika sandal atau alas kaki yang kami kenakan diletakkan secara tidak rapi maka akan menimbulkan ketidaknyamanan pemandangan. Selain itu, penataan alas kaki yang tidak rapi tersebut memunculkan problema   yaitu tertukarnya sandal atau alas kaki. Dengan keadaan tersebut, akhirnya ditemukanlah solusi dari masalah yang kami hadapi.
Oleh sebab itu, berangkat dari pengalaman yang kami dapatkan, kami mencanangkan terobosan baru untuk menggalakkan masalah yang memang terkesan sangat sederhana tersebut kepada gerakan yang memilki skala yang lebih besar, yaitu dengan membentuk sebuah komunitas pemuda ASEAN yang di dalamnya terdapat sebuah program untuk menanggapi permasalahan penataan alas kaki seperti yang telah tersebut di atas. “Sandal Goes Out”, sebuah gerakan sosial yang merupakan bentuk konstribusi pemuda ASEAN berupa kepedulian terhadap penataan alas kaki di berbagai tempat umum, sehingga gerakan ini tidak hanya mencakup wilayah kecil atau hanya di Indonesia saja, namun diharapkan mampu menjarah kepada skala yang leih besar yaitu uskup regional atau dalam konteks ini ASEAN.
Komunitas ini tentu tidak terbentuk dengan sendirinya, namun tedapat elemen-elemen lain yang dibutuhkan untuk membantu mewujudkan hal tersebut dengan bantuan organisasi pemuda ASEAN lain dan sejumlah Organisasi Intra Sekolah yang ada di negara-negara ASEAN, karena dengan komunikasi yang berlangsung di antara organisasi-organisasi tersebut akan mempermudah berjalannya gerakan “Sandal Goes Out” di ASEAN. 
Sederhana saja, dalam “Sandal Goes Out” ini setiap individu yang bergelut di dalamnya diharuskan untuk menata alas kakinya dengan rapi dan teratur. Alas kaki ditata dengan menghadapkan bagian depan alas kaki ke luar, agar memudahkan si pemilik alas kaki ketika ia ingin mengenakan kembali alas kakinya. Untuk menyebarluaskan gerakan “Sandal Goes Out” kepada khalayak luas, tentu saja gerakan ini dimulai dengan hal-hal yang fundamental, sesuai dengan istilah setiap perubahan besar harus dimulai dengan hal-hal yang kecil.  
Ada beberapa prosedur dalam pelaksanaan gerakan “Sandal Goes Out” ini. Gerakan ini bermula dari kesadaran masing-masing individu, terutama anggota komunitas ini sendiri yang sadar akan pentingnya kerapian dalam penataan sandal, sehingga mereka akan menata alas kaki  dengan baik tanpa menunggu komando. Dengan kesadaran tersebut, maka akan lahirlah dalam tiap individu yang melakukan hal tersebut sebuah rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Bentuk kepedulian itu diwujudkan dengan diadakannya kunjungan dan sweeping ke tempat-tempat umum, khususnya tempat-tempat yang belum memaksimalkan penataan alas kakinya dengan baik. Kunjungan ini dimaksudkan untuk merapikan alas kaki yang tergeletak di tempat parkir sandal di beberapa tempat tadi. Sambil menyelam minum air, bersamaan dengan kunjungan tersebut, kami akan memublikasikan gerakan “Sandal Goes Out” kepada masyarakat setempat. Dan kegiatan serupa tidak hanya diterapkan di tempat umum, tapi juga di beberapa sekolah di ASEAN sebagai program wajib seluruh warga sekolah. Dengan begitu, diharapkan seluruh masyarakat mampu berkontribusi dalam terlaksananya gerakan ini.
Meskipun “Sandal Goes Out” merupakan sebuah gerakan yang dikelola oleh para pemuda ASEAN, namun efektifitas gerakan ini tentu tidak hanya bergantung pada para pemuda saja, karena gerakan ini juga memerlukan partisipasi dari seluruh kalangan masyarakat. Tentu saja bukan hal yang tidak mungkin bagi seluruh kalangan untuk menerapkan gerakan ini, karena gerakan ini sangat sederhana, mudah, dan mampu dilakukan oleh semua kalangan serta memiliki dampak yang cukup besar.  Tidak hanya kerapian dan keindahan lingkungan saja yang bisa kita dapatkan , namun dengan adanya gerakan ini tentu dapat meningkatkan citra baik warga ASEAN dalam perspektif lingkungan di mata masyarakat dunia. Karena kerapian seseorang mencerminkan kepribadian orang tersebut dan kepribadian seseorang  mencerminkan kepribadian negaranya. Dengan kata lain, bila Sandal Goes Out diterapkan di berbagai daerah di  segala penjuru ASEAN, maka akan lahirlah pribadi-pribadi yang hidup teratur dan menghargai hal-hal kecil yang menyusun sebuah perubahan besar ke arah yang lebih baik.


Tidak ada komentar

Posting Komentar

© 2025 BUKAMATA
Maira Gall