Pergerakan sosial adalah tindakan atau agitasi
terencana yang dilakukan sekelompok masyarakat yang disertai program terencana
dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan
lembaga masyarakat yang ada. Pergerakan sosial
tentunya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang atau kelompok, sebab hal tersebut
tak mungkin dapat terlaksana tanpa adanya sebuah komitmen untuk melakukannya. Sebagaimana
yang telah kita ketahui, pemuda merupakan salah satu golongan yang dianggap
memiliki komitmen yang kuat untuk mencapai sesuatu yang menjadi cita-cita.
Pemuda merupakan
golongan yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Sebab pemuda telah
menunjukkan eksistensinya sebagai golongan yang dipandang memiliki pemikiran-pemikiran
segar dalam melaksanakan sesuatu. Seperti menjalankan suatu roda kepemimpinan
atau organisasi untuk mecapai suatu tujuan melalui visi dan misi tertentu. Pernyataan
tersebut tentunya bukan hanya sekedar bualan, sebab telah banyak bukti yang
mengindikasikan kuatnya integritas yang mereka miliki. Beberapa contoh yang
dapat kita ambil ialah terjadinya peristiwa proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia pada tahun 1945 dimana golongan muda mendesak golongan tua untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia.
Association of
Southeast Asian Nations (ASEAN)
merupakan perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara. Organisasi ini
didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh lima negara pemrakarsa, yaitu
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Pada saat itu, kelima negara
tersebut diwakilkan oleh menteri luar negeri dari masing-masing Negara, yaitu
Adam Malik (Indonesia), Narsisco Ramos (Filippina), Tun Abdul Razak (Malaysia),
S. Rajaratman (Singapura), dan Tanat Khoman (Thailand). Saat ini anggota ASEAN terdiri
dari 10 negara.
Sebagai sebuah wadah organisasi
negara-negara yang terletak di Asia Tenggara, ASEAN tentunya memiliki program
yang bertujuan untuk mewadahi pergerakan sosial masyarakat dan dalam konteks
ini khususnya yang dilakukan pemuda. Sebab, integritas pemuda yang semakin
menunjukkan eksistensinya dari berbagai aspek tentunya harus diberikan
fasilitas dalam merealisasikan komitmen yang mereka miliki. Salah satu aspek
yang menjadi objek pergerakan sosial ialah lingkungan. Lingkungan merupakan
tempat dimana kita tinggal dan tempat dimana kita hidup. Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang memengaruhi
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.2
Berawal dari lingkungan yang menjadi
objek pergerakan social yang hendak kami lakukan, kami mengangkat sebuah judul
“Sandal Goes Out” sebagai bukti kongkrit yang dapat kami lakukan untuk
merealisasikan pergerakan sosial yang dilakukan oleh pemuda. Hal tersebut
tentunya terkesan sederhana, akan tetapi dari hal yang sederhana itulah kami
merealisasikan pergerakan sosial yang mungkin apabila dapat terlaksana dapat
berdampak cukup besar bagi perspektif kita terhadap lingkungan.
Dewasa ini, perihal penataan alas kaki menjadi
sebuah masalah yang terkadang diabaikan.
Alas kaki yang tergeletak berantakan menjadi pemandangan biasa yang tak luput
dari pandangan kita setiap harinya, baik di depan pintu di beberapa tempat umum
yang mengharuskan para pengunjungnya melepaskan alas kaki mereka dimana pada
tempat tersebut tidak ada jasa penitipan
sandal atau alas kaki maupun di depan pintu rumah . Ketidaktertiban
dalam penataan alas kaki tersebut tentu saja menimbulkan dampak buruk yang
tidak sedikit. Selain mengganggu kenyamanan pandangan,
hal tersebut juga mengurangi efisiensi tempat untuk meletakkan alas kaki,
mengurangi efisiensi waktu karena apabila hal tersebut terjadi seseorang harus mencari-cari
alas kakinya dan tentu saja memperbesar kemungkinan hilangnya sandal orang tersebut.
Di sisi lain, penataan alas kaki yang rapi telah dilakukan
oleh banyak pihak yang kebanyakan dari mereka merupakan
individu-individu yang belum membentuk suatu komunitas, sehingga pergerakan sosial yang mereka lakukan belum terorganisir. Penataan sandal yang telah
mereka lakukanpun tidak berdampak besar dalam meningkatkan kerapian suatu tempat
karena jumlahnya sangat sedikit bila
dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memedulikan kerapian alas kakinya. Selain
itu, sehubungan
dengan belum adanya komunitas yang menampung
individu-individu dengan kepedulian yang tentunya tidak dapat dipandang sebelah mata tersebut, maka penataan alas kaki yang
dilakukan oleh sebagian orang di antara mereka
pun terkesan kurang efektif dan esensi akan wujud pergerakan social tersebut memiliki tingkat eksistensi dan konsistensi yang masih
cukup rendah.
Sebagai bukti kongkrit
akan efektifitas gerakan tersebut dapat kami ambil dari kehidupan nyata yang
kami alami sehari-hari. Tinggal di lingkungan sekolah berasrama tentunya kami
juga cukup sering menjalankan aktivitas di luar
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah, seperti salat berjamaah di
masjid, mengunjungi perpustakaan, atau kembali ke asrama. Pada
aktivitas-aktivitas tersebut kami diharuskan untuk melepas sandal atau alas
kaki yang kami kenakan. Oleh sebab itu, jika sandal atau alas kaki yang kami
kenakan diletakkan secara tidak rapi maka akan menimbulkan ketidaknyamanan
pemandangan. Selain itu, penataan alas kaki yang tidak rapi tersebut
memunculkan problema yaitu tertukarnya
sandal atau alas kaki. Dengan keadaan tersebut, akhirnya ditemukanlah solusi
dari masalah yang kami hadapi.
Oleh sebab itu, berangkat dari pengalaman yang kami dapatkan, kami mencanangkan
terobosan baru untuk menggalakkan masalah yang memang terkesan
sangat sederhana tersebut kepada gerakan yang memilki skala yang lebih besar, yaitu dengan membentuk sebuah komunitas pemuda
ASEAN yang di dalamnya terdapat sebuah program untuk menanggapi permasalahan
penataan alas kaki seperti yang telah tersebut di atas. “Sandal Goes Out”,
sebuah gerakan sosial yang merupakan bentuk konstribusi pemuda ASEAN berupa
kepedulian terhadap penataan alas kaki di berbagai tempat umum, sehingga
gerakan ini tidak hanya mencakup wilayah kecil atau hanya di Indonesia saja,
namun diharapkan mampu menjarah kepada skala yang leih besar yaitu uskup regional atau dalam konteks ini ASEAN.
Komunitas ini tentu tidak terbentuk dengan
sendirinya, namun tedapat elemen-elemen lain yang dibutuhkan untuk membantu mewujudkan hal
tersebut dengan bantuan
organisasi pemuda ASEAN lain dan sejumlah Organisasi
Intra Sekolah yang ada di negara-negara ASEAN, karena dengan komunikasi yang
berlangsung di antara organisasi-organisasi tersebut akan mempermudah
berjalannya gerakan “Sandal Goes Out” di ASEAN.
Sederhana saja, dalam “Sandal Goes Out” ini
setiap individu yang bergelut di dalamnya diharuskan untuk menata alas kakinya
dengan rapi dan teratur. Alas kaki ditata dengan menghadapkan bagian depan alas
kaki ke luar, agar memudahkan si pemilik alas kaki ketika ia ingin mengenakan
kembali alas kakinya. Untuk menyebarluaskan gerakan “Sandal Goes Out” kepada khalayak luas,
tentu saja gerakan ini dimulai dengan hal-hal yang fundamental, sesuai dengan
istilah setiap perubahan besar harus dimulai dengan hal-hal yang kecil.
Ada beberapa prosedur dalam pelaksanaan
gerakan “Sandal Goes Out” ini. Gerakan ini bermula dari kesadaran masing-masing
individu, terutama anggota komunitas ini sendiri yang sadar akan pentingnya kerapian dalam penataan sandal, sehingga mereka akan menata alas kaki dengan
baik tanpa menunggu komando. Dengan kesadaran tersebut, maka akan lahirlah
dalam tiap individu yang melakukan hal tersebut
sebuah rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Bentuk kepedulian itu diwujudkan
dengan diadakannya kunjungan dan sweeping
ke tempat-tempat umum, khususnya tempat-tempat yang belum memaksimalkan
penataan alas kakinya dengan baik. Kunjungan ini dimaksudkan untuk merapikan
alas kaki yang tergeletak di tempat parkir sandal di beberapa tempat tadi. Sambil
menyelam minum air, bersamaan dengan kunjungan tersebut, kami akan memublikasikan gerakan “Sandal Goes Out” kepada masyarakat
setempat. Dan kegiatan serupa tidak hanya diterapkan di tempat umum, tapi juga
di beberapa sekolah di ASEAN sebagai program wajib seluruh warga sekolah. Dengan begitu, diharapkan seluruh
masyarakat mampu berkontribusi dalam terlaksananya gerakan ini.
Meskipun “Sandal Goes Out” merupakan sebuah gerakan yang dikelola oleh para pemuda ASEAN, namun efektifitas gerakan ini tentu tidak hanya bergantung pada
para pemuda saja, karena gerakan ini juga memerlukan partisipasi dari seluruh
kalangan masyarakat. Tentu saja bukan hal yang tidak mungkin bagi seluruh kalangan untuk menerapkan gerakan ini, karena gerakan ini
sangat sederhana, mudah, dan mampu dilakukan oleh semua kalangan serta memiliki dampak yang cukup besar. Tidak hanya kerapian dan keindahan
lingkungan saja yang bisa kita dapatkan ,
namun dengan adanya gerakan ini tentu dapat meningkatkan citra baik warga ASEAN dalam perspektif
lingkungan di mata
masyarakat dunia.
Karena kerapian seseorang mencerminkan kepribadian orang tersebut dan kepribadian seseorang mencerminkan kepribadian negaranya. Dengan kata lain, bila Sandal Goes Out diterapkan di berbagai daerah di segala penjuru
ASEAN, maka akan lahirlah pribadi-pribadi yang hidup
teratur dan menghargai
hal-hal kecil yang menyusun sebuah perubahan besar ke arah yang lebih baik.
Tidak ada komentar
Posting Komentar