Minggu, 29 November 2015

Minggu Suci


Dua minggu terakhir, saya tidak aktif di kampus. Saya baru saja usai menjalani ritual minggu suci. Ya, saya baru saja terserang gejala tipes. Sebuah penyakit yang terbilang baru bagi saya. Sebuah penyakit yang belum sekalipun saya rasakan sebelumnya. Alhamdulillah, sepanjang umur hidup saya, belum sekalipun saya merasakan sakit seperti demikian atau dirawat di rumah sakit. Dan kali ini, Allah mengajarkan saya tentang bagaimana sakit demikian dan bagaimana pula rasanya dirawat di rumah sakit.

Rupa-rupanya memang salah saya yang selama ini selalu abai terhadap kesehatan. Saya senantiasa bersibuk ria dengan berbagai  macam kegiatan dari pagi bahkan hingga pagi lagi non-stop tanpa mempedulikan jam tidur minimal. Saya pun kerapkali abai dengan jam makan saya. Kalau lagi berselera dan pegang uang saya akan makan, tak peduli jam berapapun. Kemudian, pola konsumsi saya yang juga buruk terletak pada pola konsumsi air putih saya yang sedikit. Saya lebih sering minum minuman-minuman berwarna dimanapun saya berada.

Ya, semua hal yang saya sebutkan di atas adalah pola hidup saya belakangan ini semenjak menjadi mahasiswa, mahasiswa kost-an khususnya. Tanpa kontrol langsung dari orang tua mungkin membuat saya merasa bebas, namun inilah efek negatifnya, saya kerapkali abai terhadap diri saya sendiri. Dan kini, saya merasa mendapat teguran dari Allah dan mendapat hikmah yang begitu luar biasa dari itu semua.

Bahwasanya hidup ini mesti adil, sejak alam pikiran, bahkan kepada diri sendiri. Ya, percuma saja rasanya jika saya kerap menyuarakan dan memperjuangkan keadilan jika saya tak mampu berbuat adil kepada diri saya sendiri. Adil memang tak mesti sama, namun adil menempatkan sesuatu pada tempatnya.

Bahwasanya nikmat sehat itu mahal harganya. Ini bukan hanya saja perkara materi, namun cobalah hitung momen berharga apa saja yang telah saya lewatkan saat saya sakit. Berapa banyak pekerjaan penting yang harus saya tinggalkan. Ya, semua begitu mahal bukan? Sungguh, ternyata sebegitu berharganya nikmat sehat yang selama ini saya anggap wajar-wajar saja. Bahwasanya saya melihat mayoritas orang hidup sehat dan oleh karenanya sangat biasa jika saya pun merasakannya. Namun ternyata, saat sakit itu saya bercermin. Ternyata di luar sana pun banyak oramg yang tidak dapat merasakan bahagia nikmat sehat itu. Bayangkan, betapa tersiksanya orang yang berbulan-bulan terbaring di tempat tidur. Lalu, masihkah pantas jika sampai saat ini hidup kita masih belum juga bersyukur?

Dalam sakit dosa kita dihapuskan. Salah satu hikmah dari sakit ialah magfiroh, yakni ampunan dari Allah. Ya, memang selama sakit kita mungkin akan terus menerus berkeluh kesah. Namun disinilah mental kita yang sesungguhnya diuji. Apakah kita ikhlas dan sabar menghadapi cobaan ini atau tidak. Di sinilah ampunan Allah terhadap dosa-dosa kita akan kita rasakan jika kita menghadapinya dengan penuh kesabaran.


Jadi, bagi kawan-kawan, sebagai pengingat untuk diri saya dan kawan-kawan, harap untuk menjaga diri. Berbuat adil-lah kepada diri sendiri. Bahwasanya tubuh ini pun berhak untuk menikmati waktu istirahat itu. Jangan menunggu sakit untuk menyadarinya.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© BUKAMATA
Maira Gall